MELIHAT SUNGAI ROKAN DULU DAN SEKARANG

Merawat Sungai, Menjaga Kearifan Zaman

Feature | Minggu, 01 November 2015 - 11:30 WIB

Merawat Sungai, Menjaga Kearifan Zaman
TUNJUK: Bupati Kabupaten Rohil H Suyatno menunjukkan kondisi air Sungai Rokan yang telah dioleh oleh unit SPAM di Ujung Tanjung baru-baru ini. Kondisi air terlihat lebih jernih dan bening.

RIAUPOS.CO - Sungai Rokan memiliki peranan beragam bagi masyarakat yang tinggal di wilayah sepanjang alirannya. Perlu dukungan dan upaya semua pihak agar kelestarian sungai bisa terjaga dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masa depan.

Deru mesin perlahan terdengar dari kejauhan, seorang nelayan mengemudikan perahu tanpa tenda itu melaju beriringan dengan semilir angin menghembus. Pergerakan perahu yang menyibak permukaan air, menciptakan gelombang kecil tampak seolah berusaha membelah sungai Rokan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Perahu itu perlahan-lahan menghilang ke arah hulu sungai dalam jarak sejauh mata memandang dari bibir batas kepenghuluan (desa) Rantau Bais, Tanah Putih.

Pemandangan ini salah satu tanda bahwa aktifitas warga di sungai berair tawar itu telah mengeliat. Di sisi lain sungai ada yang asik memancing, ada juga beberapa pria membawa jaring untuk menjala ikan. Tak sedikit pula yang sedang mandi, bunyi kecipak air yang diciduk dan mengguyur tubuh, tertangkap telinga.

Di tempat yang tidak berapa jauh dari dermaga yang menyatu dengan sebuah warung kopi yang tak lagi berpenghuni, seorang pria paruh baya seperti menikmati benar acara mandi paginya,  meski bertelanjang dada hanya mengenakan kain sarung sebagai basahan.

Mandi di sini begitu praktis, cukup menimba air langsung ke sungai. Jika perlu berenang saja sekalian. Tak mengherankan terdapat puluhan kakus jaraknya berdekatan karena meskipun telah memiliki sumur budaya mandi ini tetap dilakoni sehari-hari.

Pagi Senin (26/10) di Rantau Bais, rasanya alam sangat bersahabat. Burung-burung berkicau di antara dahan mangga perumahan sekitar, nun berjarak sekitar 100 meter terdapat pulau Tilan, sunyi saja. Beraneka tumbuhan subur dan rindang, karena mendapatkan pasokan air melimpah. Tanda kesuburan itu terlihat dari banyaknya pohon-pohon tua, berukuran besar tumbuh tanpa terganggu, baik oleh ulah tangan manusia maupun karena kerusakan lingkungan.

Segenap aktivitas warga dan keasrian lingkungan yang masih terjaga tak bisa dipisahkan dengan keberadaan sungai Rokan. Sungai Rokan secara umum bisa dikatakan sebagai penyangga kehidupan masyarakat di kabupaten yang berjuluk Negeri Seribu Kubah.

     Tidak hanya semata-mata berkaitan dengan mata pencaharian, sebagai sumber air tanpa batas, tapi juga menyangkut budaya dan sejarah. ”Bisa dikatakan bahwa dari tepi Sungai Rokan lah awal mula kehidupan masyarakat kita. Para tetua dahulu masuk ke sini melalui alur sungai, bukan dari daerah daratan karena itu sudah saatnya pula kita menoleh pembangunan ke tepian sungai Rokan,” ujar pengiat seni, sekaligus pengurus Dewan Kesenian Daerah (DKD) Rohil, Delsi Hendria.

Sungai ini merupakan sarana perhubungan terutama bagi penduduk yang berada di sepanjang alirannya, juga merupakan lumbung menangkap ikan bagi nelayan tempatan.

Potensi perikanan sungainya tetap menjanjikan yang disebabkan masih baiknya sistem penangkapan ikan serta kesadaran warga menjaga lingkungan.

Diskanlut Riau pernah menebarkan benih ikan sebanyak 40.000 benih dari jenis ikan baung, patin, lele, nila dan udang pada 2012 silam. Kepala Diskanlut Riau waktu itu Irwan Effendi berujar upaya tersebut sebagai penyelamatan dan meningkatkan kembali populasi ikan di sungai Rokan.

Rantau Bais hanyalah satu di antara puluhan desa yang dilalui oleh alur Sungai Rokan. Bermula dari bagian paling hulunya dari Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) lalu masuk ke Kecamatan Rantau Kopar, Tanah Putih, Ujung Tanjung, Bangko Pusako, Rimba Melintang, Pekaitan, sampai ke Kecamatan Bangko, Bagansiapiapi lalu bermuara lepas ke lautan Bagansiapiapi dan Selat Melaka.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook