KISAH PENAMBAL BAN

"Semoga Mereka yang Menebar Paku di Jalan Mau Insyaf..."

Feature | Senin, 01 April 2019 - 01:15 WIB

"Semoga Mereka yang Menebar Paku di Jalan Mau Insyaf..."
Busro saat menunggui benen yang sedang ditambalnya dengan memanaskannya di tungku di bengkel sederhananya di Simpang Perumnas Sidomulyo, Arengka Atas, Pekanbaru, Ahad (31/3/2019). (HARY B KORIUN/RIAUPOS.CO)

Menurut Busro, mereka yang menebar paku di jalan dan berharap ada ban pengendara bocor, lalu menambal bannya di bengkel orang tersebut, rezekinya akan dilaknat Allah Swt.

RAMBUTNYA memang sudah memutih. Meski ditutup dengan topi bisbol warna hitam, namun tak bisa menyembunyikan warna putih itu. Badannya   hanya dibalut dengan kaos singlet warna hitam, yang memperlihatkan beberapa tulangnya yang menonjol namun tetap terlihat kuat.

Dengan celana jins selutut dan sandal  yang dipakainya, dia terlihat santai dan terus mengerjakan pekerjaannya sebagai penambal ban motor milik pelanggannya di siang itu. Keahliannya dalam membuka ban, menempel, memasang ban lagi, terlihat sangat rapi. Maklumlah, sudah puluhan tahun dia mengerjakan itu.
Baca Juga :Drainase Pasar Induk Harus Segera Dibangun

Bengkel tempat kerjanya berada di Simpang Perumnas Sidomulyo, Arengka Atas, Pekanbaru. Meski di sebelahnya ada beberapa tempat tambal ban, dia tetap yakin bahwa rezekinya akan terus datang. 

"Allah Swt sudah membagi-bagi rezeki kepada siapa pun yang mau bekerja keras," ujarnya saat ditemui di bengkelnya, Ahad (31/3/2019).

Namanya Busro. Dia berasal dari Simpang Empat, Pasaman Barat (Pasbar), Sumatera Barat (Sumbar). Sudah puluhan tahun dia tinggal di Perumnas Sidomulyo. Ketika ditanya berapa umurnya sekarang, dia hanya tertawa, tak mau menjelaskan dengan pasti. Ketika disebut angka 70 tahun, di menjawabnya lebih.

Dia mengaku sudah sejak di Pasbar memilih pekerjaan sebagai tukang tambal ban. Motor dan sepeda. Katanya, hanya itu keahliannya, selain bertani. Dia memilih pergi merantau ke Pekanbaru ketika itu hanya untuk menghidupi diri sendiri. Maklumlah, anak-anaknya sudah hidup mandiri bersama keluarganya.

Busro menjalani pekerjaannya dengan sabar dan istikomah. Dia mengutuk banyak orang yang bekerja seperti dirinya yang memilih jalan pintas dengan menebar paku di jalan raya agar banyak pengendara bannya bocor. Menurutnya, itu hal yang tak boleh dilakukan dan rezeki yang didapatkan karena hal itu akan dilaknat Allah Swt. 

"Saya tak pernah berdoa kepada Tuhan agar ada pengendara yang bannya bocor, baik terusuk paku atau hal lainnya. Saya menjalani pekerjaan ini karena saya bisa dan dengan senang hati membantu mereka yang kena masalah dalam perjalanannya karena bannya bocor," ujarnya.

Busro selalu berterima kasih kepada Allah Swt karena diberi rezeki dari pekerjaannya itu. Dekan rata-rata pendapatan sehari berkisar Rp100-150 ribu, menurutnya itu sudah lebih dari cukup. Dia tak iri jika ada pelanggan yang memilih menambal ban di bengkel lainnya yang jaraknya hanya 10 meter dari bengkelnya. Seperti dikatakannya sebelumnya, rezeki itu sudah ada yang mengatur.

Dia membuka bengkelnya sekitar pukul 10.00  hingga sekitar pukul 21.00 WIB. Jika sedang sepi tak ada langganan, dia memilih tidur di kotak lapaknya yang panjangnya sekitar 2 meter. Di sanalah dia mendisplai kotak-kotak benen (ban dalam), baik motor maupun sepeda. Itu disediakan untuk mereka yang memilih mengganti ketimbang ditambal. Ketika ditemui riaupos.co dia sedang tertidur di kotak itu.

Busro berharap prilaku orang-orang yang menebar paku di jalan dengan harapan agar banyak pengendara bannya kempes, harus dihentikan. Dia berharap mereka insyaf karena bukan begitu cara mendapat rezeki yang halal.

"Sekali lagi, itu prilaku tak baik dan menimbulkan tudingan buruk juga kepada para penambal ban yang jujur. Semoga mereka mau menghentikannya," ujar Busro.***

Penulis/Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook