JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kelangsungan bisnis pelaku usaha terancam dengan terjadinya pelemahan rupiah. Adapun pengusaha menyebut depresiasi nilai tukar akan memengaruhi daya saing produk, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Diketahui, pelemahan itu berimbas pada kenaikan biaya produksi, yang ujung-ujungnya akan menggerus keuntungan.
"Banyak sekali sektor usaha yang mempunyai ketergantungan dengan barang produksi dan barang modal dari luar negeri. Misalnya, industri makanan dan minuman, otomotif, serta baja akan sangat berpengaruh terhadap volatilitas nilai tukar," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Shinta Kamdani, kemarin.
Dia mengatakan, pelemahan rupiah berpotensi meningkatkan biaya produksi karena harga barang jadi lebih mahal. Di sisi lain, konsumsi domestik terbilang stagnan sehingga profit pengusaha juga dapat semakin rendah.
Dunia usaha, menurutnya, merekomendasikan Bank Indonesia (BI) untuk kembali mengintervensi pasar keuangan demi menjaga volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD).
Ditambahkan Ketua Umum Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, pelemahan rupiah harus mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pemerintah.
"Memang kalau kami melihat, nilai mata uang yang fluktuatif tidak cuma dihadapi Indonesia. Tapi, tetap perlu diwaspadai," tuturnya.
Adapun dari sisi pelaku usaha, Hariyadi berharap output ekspor dapat ditingkatkan. Saat USD menguat, kondisi itu berdampak baik bagi eksporter. (agf/c11/agm)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama