‘’Kalau kita lihat beberapa sektor pertumbuhannya juga di atas nasional. Baik itu industri dan keyakinan konsumen relatif membaik, investasi juga ada kenaikan,’’ ujarnya, kemarin.
Ditambah lagi terjadi kenaikan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang kini kembali ekspansif. PMI Oktober tercatat ada di level 57,2 setelah sebelumnya ada di 52,2 pada September dan 43,7 pada Agustus. Capaian PMI Oktober bahkan tercatat yang tertinggi sepanjang sejarah.
Airlangga menyebut, kenaikan PMI yang kembali berada di jalur ekspansif diharapkan bisa membawa sentimen positif pada indikator-indikator lainnya. Terlebih, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga mencatatkan kenaikan di 95,3.
‘’Kita juga lihat sudah terjadi rehire di mana tingkat pengangguran turun dari 9,7 juta menjadi 9,1 juta tahun 2021 ini. Stabilitas ekonomi juga membaik,’’ katanya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran itu sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka secara nasional yang turun dari 7,07 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,49 persen pada Agustus 2021.
Indonesia, lanjut Airlangga, juga diproyeksikan oleh berbagai lembaga internasional telah siap menghadapi tapering yang dijalankan bank sentral AS The Federal Reserve. Hal itu semakin membawa optimisme pada kondisi ekonomi yang disebutnya resilience pada berbagai sentimen, baik internal maupun eksternal.
Ke depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 di kisaran 3,7-4,5 persen (yoy). Karena capaian kuartal III yang melambat, maka pertumbuhan ekonomi kuartal IV ditargetkan bisa menyentuh angka 6 persen (yoy) agar bisa mencapai target 2021 yang telah ditetapkan.
‘’Di akhir 2021 ini, untuk mencapai pertumbuhan 4 persen, maka di kuartal IV harus digenjot di angka 6 persen,’’ katanya.
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, keberhasilan menurunkan kasus dengan cepat dan pembukaan yang dilakukan secara bertahap terbukti mampu menahan perlambatan perekonomian.
Ia menyebut, realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III sebesar 3,5 persen lebih tinggi dari perkiraan sebelum PPKM diterapkan. Selain itu, pihaknya melihat dampak PPKM Jawa Bali terhadap penurunan konsumsi Rumah Tangga, Investasi, dan Industri Pengolahan lebih rendah dibandingkan dengan periode PSBB. "Namun kondisi ini pulih lebih cepat," katanya.
Luhut memperkirakan pemulihan ekonomi ini baru sepenuhnya akan terlihat pada triwulan IV 2021, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi dari 5 persen pada triwulan IV 2021 nanti. Meski demikian, momentum pemulihan ekonomi yang sudah cukup baik mestinya harus terus dijaga.
Belajar pada pengalaman sebelumnya, kenaikan kasus akibat periode Nataru tahun lalu menyebabkan tingkat keyakinan konsumen menurun dan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2021 tertahan. "Untuk itu kehati-hatian dalam menghadapi Nataru harus menjadi prioritas bagi pemulihan ekonomi yang lebih cepat," katanya.
Triwulan III Ekonomi Riau Tumbuh 4,59 Persen
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau pada Triwulan III/2021 dibanding triwulan II-2021 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 4,59 persen. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II/2021 yang sebesar 5,13 persen.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Misfaruddin, Senin (8/11). Ia mengatakan pertumbuhan terbesar pada triwulan ketiga ini berasal dari lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial. "Pertumbuhan terjadi pada sebagian besar lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 16,34 persen dan jasa perusahaan sebesar 15,96 persen," ujar Misfaruddin.
Kemudian sektor yang juga tumbuh selanjutnya yaitu lapangan usaha industri pengolahan dan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,41 persen dan 8,43 persen. Lalu ada pula beberapa lapangan usaha lainnya yang tumbuh tinggi di antaranya jasa Lainnya sebesar 12,85 persen, pengadaan listrik dan gas sebesar 7,60 persen dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 6,05 persen.
Misfaruddin mengakui struktur PDRB Riau menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 tidak menunjukkan perubahan berarti. Pasalnya, perekonomian Riau masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 27,91 persen, diikuti oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 27,20 persen, pertambangan dan penggalian sebesar 20,12 persen, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 9,63 persen dan konstruksi sebesar 8,92 persen.
"Peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Riau mencapai 93,78 persen," pungkasnya.(han/agf/dee/tau/jpg/anf/ted)
Laporan: JPG, Jakarta