JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Komoditas kelapa sawit mampu mencatatkan kinerja positif di tengah berbagai isu negatif yang menerpa. Berdasar data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sampai Oktober 2019, ekspor crude palm oil (CPO) tumbuh 2,1 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Konsumsi domestik juga naik 37 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menjelaskan bahwa ekspor CPO sampai Oktober tercatat 28,95 juta ton. Sepanjang Januari–Oktober 2019, produksi CPO naik 11,26 persen atau mencapai 44,05 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 28,95 juta ton diekspor, sedangkan 14,65 juta ton dikonsumsi di dalam negeri. "Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada produk oleokimia sebesar 113 persen dan CPO 17 persen," ujar Mukti seperti diberitakan JPG, kemarin (26/12).
Menurut Mukti, ekspor turunan CPO melesat pada Oktober karena realisasi pada September 2019 sangat rendah. Kenaikan ekspor tertinggi terjadi pada produk oleokimia yang tumbuh 18 persen secara bulanan. Gapki mencatat ekspor minyak sawit ke Pakistan pada Oktober naik paling tinggi mencapai 52 persen atau 100 ribu ton lebih banyak daripada September 2019.
Kemudian, ekspor ke Afrika pada Oktober turun 47 persen atau 270 ribu ton lebih rendah daripada September. Namun, secara tahunan, ekspor pada Oktober ke Pakistan merosot 5 persen, sedangkan ekspor ke Afrika meningkat 88 persen.
Sementara itu, konsumsi sawit dalam negeri didorong produksi biodiesel yang naik 101 persen. Konsumsi untuk oleofood naik 15 persen dan oleochemical meningkat 8 persen. Mukti juga menyebut harga CPO naik cukup tajam pada Oktober dari 520 dolar AS per ton pada awal bulan menjadi 660 dolar AS per ton pada akhir Oktober.
Menurut dia, kenaikan harga minyak sawit cukup menjadi angin segar bagi pengusaha dan petani perkebunan. "Ini melegakan setelah beberapa tahun menderita karena harga yang rendah," ujar dia.
Perbaikan harga dinilai memberikan kesempatan kepada pengusaha dan pekebun untuk memulihkan kondisi kebun dan pabrik. Dengan demikian, produksi minyak sawit diharapkan kembali normal. Pemulihan kebun tepat dilakukan pada akhir tahun ini hingga awal 2020. Sebab, curah hujan akan menjadi normal sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). "Meskipun demikian, kegiatan pemulihan ini akan memerlukan waktu," tuturnya.
Terkait isu terbaru mengenai gugatan Indonesia ke WTO soal kebijakan biodiesel Uni Eropa, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Gapki, dan stakeholder sawit lain berkomitmen untuk satu visi. "Gugatan tersebut penting untuk membuktikan bahwa kesalahan bukan ada pada CPO Indonesia, melainkan pada ketentuan pasar yang diskriminatif terhadap produk ekspor kita," ujar Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani.(agf/c7/oki/das)
Laporan JPG, Jakarta