JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2016 dengan sumber gejolak yang sama seperti tahun 2015. Oleh sebab itu, pelaku usaha diharapkan tetap berhati-hati mengantisipasi melemahnya daya beli, ekspor dan nilai tukar (kurs) rupiah.
“Negara-negara maju masih sulit melakukan perbaikan fiskal dan moneter, karena sempitnya ruang fiskal dan beban utang mereka. Ini yang kita khawatirkan bisa mempengaruhi kondisi perekonomian dunia dan Indonesia pada tahun 2016,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani saat dihubungi kemarin (26/12).
Dia menyebut perekonomian Indonesia tahun 2016 masih dibayang-bayangi resiko ketidakpastian ekonomi global. “Yang patut diwaspadai seperti kapankah suku bunga The Fed akan dinaikkan. Lalu harga minyak apakah tetap di bawah 60 dolar atau di atas 60 dolar AS, rendahnya harga komoditas, serta tetap harus hati-hati melihat perekonomian Tiongkok,” terangnya.
Secara umum Hariyadi melihat prospek ekonomi 2016 akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Apalagi pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang akan mendorong pertumbuhan industri. Namun hal itu dinilai belum cukup kuat, belum cukup mendongkrak ekonomi secara signifikan.”Prediksi tahun depan ekonomi tumbuh 5,5 persen,” cetusnya.
Proyeksi tersebut, kata dia, cukup moderat karena telah mempertimbangan kondisi ekonomi global yang belum membaik dan reformasi ekonomi di dalam negeri yang hasilnya baru akan terasa di semester dua 2016.
“Semua paket kebijakan ekonomi harus sudah terealisasi di awal tahun. Kalau perlu tambah lagi tahun depan yang fokus mendongkrak daya beli,” sarannya.
Pihaknya khawatir jika pemerintah gagal melakukan akselerasi daya beli masyarakat maka industri akan kembali terpuruk. Sebab pada saat kinerja ndustri menurun dan beban biaya produksi menurun maka pengusaha akan memilih melakukan efisiensi.
“Kalau ekonomi lesu yang kena pertama tentu buruh karena mereka bisa kena PHK (pemutusan hubungan kerja),” sebutnya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P Roeslani mengakui tahun depan cukup menantang bagi para pelaku usaha karena Indonesia masuk dalam era pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Selain kondisi ekonomi global yang belum stabil, kita juga harus fight dengan MEA. Jadi harus lebih kerja keras kalau ingin selamat di tahun 2016,” katanya.
Sementara itu Bank Sentral Amerika Serikat diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga The Fed di tahun 2016-2017. Hal ini, kata Rosan, bisa menyebabkan rupiah kembali terpuruk. Sebab ada indikasi ekonomi Amerika membaik.
“Kalau dolar menguat otomatis rupiah tertekan. Bank Indonesia harus hati-hati menjaga rupiah. Bagi kami yang penting stabil,” tukasnya.(wir/jpg)