MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Indonesia Bersaing dengan 10 Negara

Ekonomi-Bisnis | Minggu, 27 Desember 2015 - 09:52 WIB

Indonesia Bersaing dengan 10 Negara

BOYOLALI (RIAUPOS.CO) -  Kekhawatiran masyarakat menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak hanya dirasakan di Indonesia. Namun juga seluruh negara kawasan. Semua negara masih meraba-raba beratnya persaingan pasar bebas yang tinggal menghitung hari.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kepada para kepala desa (kades) dan perangkat desa (perdes) seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi). Mereka diminta untuk bersiap diri menghadapi MEA yang dimulai 2016.

Baca Juga :Tumbuh Positif, Tarik Perhatian Investor

“Tinggal lima hari lagi kita sudah masuk ke tahun 2016. Artinya akan ada persaingan 11 negara ASEAN yang kita tidak tahu persaingannya akan seberat apa. Karena batas negara sudah tidak ada, MEA sudah dibuka,” papar Jokowi, dalam silaturahim bersama Apdesi di Asrama Haji Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, kemarin (26/12).

Namun masalah beratnya persaingan MEA juga dirasakan negara tetangga. Jokowi mengatakan, presiden dan perdana menteri khawatir negara mereka akan dibanjiri produk Indonesia. Selain itu melihat sumber daya manusia Indonesia yang melimpah, mereka juga khawatir tenaga kerja Indonesia akan membanjiri negara tetangga.

Namun perasaan itu juga dirasakan warga negara dan para pengusaha di Indonesia. “Lha mereka saja takut pada kita. Kita kok ikut takut,” kata dia.

Dia menegaskan, MEA yang akan berlangsung sudah tidak bisa dicegah. Tanda tangan dilakukan para pimpinan negara sudah terjadi sejak sebelas tahun lalu. Indonesia mau tidak mau masuk ke persaingan pasar ASEAN.

Itu baru sebatas MEA. Masih banyak perjanjian multilateral yang dilakukan Indonesia dengan sejumlah negara, seperti Trans Pasific Partnership (TPP) yang berjalan tiga tahun lagi dan sejumlah perjanjian lainnya. “Tidak mungkin Indonesia menjadi negara tertutup. Oleh karena itu jangan gunakan pola-pola lama. Di sini ada peluang, tapi ada juga tantangan,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya menegaskan bahwa untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan roda ekonomi. Jokowi meminta tidak terjadi hitungan yang keliru hingga produk luar membanjiri Indonesia. “Kalau itungan kita keliru, barang mereka masuk ke kita. Contoh saja beras di sini harga Rp12 ribu, sedang Vietnam Rp6 ribu. Jelas konsumen pilih beras Vietnam. Ini baru contoh satu produk. Maka hati-hati!” tegasnya.

Maka, mulai sekarang segera memperbaiki infrastruktur. Seperti jalur kereta api di Sulawesi yang sudah direncanakan 30 tahun lalu. Namun baru terlaksana tiga bulan terakhir ini.

Selain itu dia akan mengecek infrastruktur di Papua. Lambatnya pembangunan infrastruktur di Papua mengakibatkan tinggginya harga.

“Kalau harga semen di sini Rp50-60 ribu, di Papua bisa, Rp1-1,5 juta. Itu karena pambanguan infrastruktur di sana. Akhir pekan ini akan saya cek. Kerja itu harus terus dicek biar cepat,” ujar Jokowi.

Sementara itu, salah satu pengurus DPP Apdesi Agung Hari Susanto mendukung langkah pemerintah dalam menghadapi MEA. Selain itu, dukungan ini sesuai dengan tema rakernas, yakni “Dari Desa Untuk Pranata Nusantara”. ”Kami back up dan support. Kami akan berupaya keras dalam menjalankan roda ekonomi dengan produktivitas tinggi pangan dari desa,” ujarnya. (din/un/jpg)    









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook