EKONOMI-BISNIS

Laba Bersih PLN Teraudit Naik 38,6 Persen

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 26 Mei 2021 - 09:57 WIB

Laba Bersih PLN Teraudit Naik 38,6 Persen
Petugas PLN melakukan pemeliharan saluran udara tegangan ekstra tinggi di Jakarta, baru-baru ini. (PLN FOR RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Berkat efisiensi di sisi teknis dan operasional serta inovasi-inovasi melalui program transformasi PLN yang dijalankan sejak April 2020 lalu, kinerja keuangan PLN meningkat signifikan di tengah masa pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Laba bersih tahun 2020 naik 38,6 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menyampaikan, pada tahun 2020 PLN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp5,9 triliun. Posisi ini naik Rp1,6 triliun dibandingkan perolehan laba bersih tahun 2019 sebesar Rp4,3 triliun.


"Laporan keuangan tahun 2020 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PwC Indonesia) dengan Opini Tanpa Modifikasian dan dirilis pada tanggal 24 Mei 2021, menunjukkan kenaikan tersebut," ujarnya,  Selasa (25/5).

Dikatakannya, laba bersih PLN tahun 2020 tersebut dapat bertambah sebesar Rp13,6 triliun, apabila tidak mempertimbangkan pencatatan unrealised loss, selisih kurs sebesar Rp7,7 triliun, serta tambahan pengakuan pendapatan dari penyambungan pelanggan sebesar Rp5,9 triliun, jika pencatatannya dilakukan sama seperti tahun 2019 yang belum menerapkan PSAK 72.

Program transformasi yang berjalan sejak tahun lalu telah memperkuat daya tahan PLN di situasi pandemi, bahkan dapat membukukan peningkatan laba bersihnya. Meskipun sebagian besar bisnis tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan perekonomian nasional menurun, PLN berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp345,4 triliun.

Dari jumlah tersebut, pendapatan penjualan tenaga listrik mencapai Rp274,9 triliun, termasuk di dalamnya subsidi stimulus Covid-19 sebesar Rp13,8 triliun membantu 33 juta pelanggan. Selain itu terdapat pendapatan subsidi sebesar Rp48,0 triliun yang menjangkau 37 juta pelanggan dan kompensasi Rp17,9 triliun untuk 42 juta pelanggan.

"Pencapaian ini merupakan hasil dari transformasi PLN yang berfokus pada peningkatan pendapatan dan menurunkan biaya pokok penyediaan, serta peningkatan layanan. Korporasi beralih dari strategi supply driven ke demand driven, inovasi-inovasi menciptakan kebutuhan dari pelanggan baru dan eksisting, serta digitalisasi untuk menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik," tambah Zulkifli.

Zulkifli memaparkan, PLN beradaptasi dengan tantangan untuk menambah revenue perusahaan sekaligus mendukung perkembangan dunia industri, yaitu melalui akuisisi captive power di industri, elektrifikasi sektor agrikultur dan perikanan, serta migrasi ke kompor listrik atau electrifying lifestyle.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan pelayanan kepada pelanggan, PLN juga mengembangkan lini usaha di luar kelistrikan dan melakukan optimalisasi aset PLN antara lain membangun layanan internet dan infrastruktur kendaraan listrik. Kemudahan layanan dilakukan melalui Super Apps PLN Mobile.

Dengan aplikasi ini, layanan PLN yang tadinya belum terintegrasi, sekarang sudah menyatu dan terkonsolidasi, sehingga pelanggan dapat menggunakannya dengan sangat mudah dan cepat. "Dengan peningkatan laba bersih tersebut, terbukti bahwa program transformasi dapat kami katakan berjalan sesuai rencana dan target," ujar Zulkifli. Zulkifli menambahkan, selain upaya efisiensi, korporasi yang dipimpinnya juga meningkatkan pengelolaan berbasis Good Corporate Governance (GCG), pengendalian likuiditas yang ketat, memperkuat pengelolaan manajemen risiko, dan pengelolaan keuangan yang hati-hati.

"Di sisi pengelolaan keuangan, PLN juga membangun Cash War Room yang dikelola secara prudent dan dimonitor on daily basis,  management information system yang terintegrasi, dan sistem pengadaan yang sebagian besar terdigitalisasi," papar Zulkifli.

Dengan seluruh langkah efisiensi dan penghematan ini, sepanjang tahun 2020, PLN mampu menurunkan beban usaha dengan cukup signifikan. Dari yang semula beban usaha sebesar Rp315,4 triliun di tahun 2019, menjadi hanya sebesar Rp301,0 triliun di tahun 2020.(das)

Laporan JPG, Jakarta

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook