JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Untuk meredam lonjakan harga daging ayam dan telur di pasar, pemerintah mengumpulkan peternak dan pelaku usaha di kantor Kementerian Perdagangan, Senin (16/7). Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan bahwa kenaikan harga daging ayam ras dan telur disebabkan tingginya permintaan yang tidak dapat dipenuhi pasokan yang ada.
Sementara itu, rendahnya pasokan juga disebabkan sejumlah faktor. Misalnya, gangguan produktivitas, cuaca ekstrem, serta harga pakan yang mahal karena adanya komponen impor yang terpengaruh kurs dolar Amerika Serikat. ‘’Keputusan mengurangi kadar obat-obatan agar lebih sehat, terutama antibiotik, juga ternyata memberikan risiko lebih besar terhadap jumlah kematian ayam ras,’’ ujar Enggar.
Minimnya pasokan tersebut diduga dimanfaatkan oknum-oknum distributor yang mengerek margin penjualan. Sebab, produsen atau peternak mengaku tetap menjual telur dengan harga normal, yakni di kisaran Rp 22.000 hingga Rp24.000 per kilogram.
Sementara itu, di pasar harganya mencapai Rp30.000 per kilogram. ’’Di situ yang diduga bermain margin,’’ ujar Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam (GOPAN) Harry Darmawan.
Untuk itu, Mendag mengimbau dengan tegas kepada para pelaku usaha agar tidak mengambil tambahan keuntungan dari kondisi tersebut. ’’Kami meminta para pelaku usaha dan distributor untuk membatasi keuntungan dan mendaftarkan usaha distribusinya,’’ tegasnya.(agf/c22/oki/jpg)