JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Jelang akhir pekan, nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan menurun pada Kamis (16/4). Analis pasar modal Hans Kwee menilai, pernyataan IMF (International Monetary Fund) bahwa akan terjadi resesi global membuat pasar modal maupun moneter panik.
Di Amerika Serikat, laporan retail sales menunjukkan -8,7 persen. Begitu pula laporan keuangan perbankan di Negeri Paman Sam yang anjlok. Menurut Hans, data tersebut cukup mengonfirmasi pernyataan IMF akan terjadi resesi global akibat Covid-19.
"Saya terkejut juga, padahal Covid-19 baru Maret. Sementara set down di AS baru terjadi hampir tiga pekan terakhir. Tapi kerusakan ekonominya tinggi sekali," kata Direktur Anugerah Mega Investama itu.
Yang menarik, dalam beberapa hari terakhir nilai tukar dolar AS melemah. Termasuk dengan rupiah. Hal tersebut akibat The Fed mengeluarkan quantitative easing (pelonggaran moneter) sebesar 2,3 triliun dolar AS. Ditambah, pemerintah AS menggelontorkan 2 triliun dolar AS.
Namun, situasi berubah ketika IMF menyatakan akan ada resesi. "Praktis, orang-orang akan bergerak untuk mencari safe haven. Salah satunya ke dolar AS," terang Hans.
Tak ayal mata uang Paman Sam menguat, dan rupiah pun melemah. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah diperdagangkan Rp15.787 kemarin (16/4). Melemah dari sehari sebelumnya, Rabu (15/4) di level Rp15.707.
"Koreksi yang wajar saja," imbuh Hans.
Sedangkan, IHSG ditutup di zona merah. Anjlok 145 poin atau 3,1 persen ke level 4.480.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi