JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan perombakan di dalam susunan direksi PLN. Sesuai dengan hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) PLN dan tertuang dalam SK-109.MBU/05/2019 tanggal 29 Mei 2019, ada empat nama baru yang diangkat menjadi direksi.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga membenarkan bahwa Erick Thohir melakukan perombakan di kursi direktur PLN. Arya menegaskan bahwa ada perubahan nomenklatur jabatan, yang lantas diikuti dengan penyegaran orang-orang yang ada di dalamnya. ”Setelah kami tetapkan dirut dan wadirut, kemudian kami terus mengevaluasi dan meminta masukan dirut. Maka dilakukan perubahan di organisasi dan penyegaran orang-orangnya juga,” ujar Arya, kemarin (15/5).
Beberapa nomenklatur jabatan yang diubah Kementerian BUMN di antaranya adalah Direktur Pengadaan Strategis 1 diubah menjadi Direktur Niaga dan Manajemen serta Direktur Pengadaan Strategis 2 menjadi Direktur Energy Primer. Selain itu, Jabatan Direktur Bisnis Regional Sumatera kini digabung dengan wilayah Kalimantan sehingga Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Kalimantan digabung dengan wilayah Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara.
Empat nama baru tersebut di antaranya adalah Muhammad Ikbal Nur sebagai sebagai Direktur Perencanaan Korporat, Bob Saril sebagai Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan, Rudy Hendra Prastowo sebagai Direktur Energy Primer, dan Muhammad Ikhsan Asaad sebagai Direktur Mega Project.
Dari empat direktur tersebut, dua di antaranya sebelumnya menjabat sebagai general manager di daerah. Yakni Bob Saril yang merupakan GM PLN Unit Induk Distribusi Jatim dan Muhammad Ikhsan Asaad yang sebelumnya menjabat sebagai GM PLN Unit Induk Distribusi Jakarta. Sedangkan Muhammad Ikbal Nur sebelumnya menjabat Direktur Keuangan Geo Dipa Energi dan Rudy Hendra Prastowo sebagai Plt Dirut PLN Batu Bara.
Mengenai perubahan terbaru ini, Erick belum buka suara secara langsung mengenai alasan perombakan tersebut. Namun Erick sempat memaparkan target yang ingin dia bangun di perusahaan listrik plat merah tersebut. Setelah menunjuk Zulkifli Zaini menjadi Direktur Utama dan Amien Sunaryadi menjadi Komisaris Utama, Erick mengatakan bahwa de depan, PLN bakal memikul beban berat untuk melistriki Indonesia 100 persen dengan tarif listrik yang efisien baik untuk masyarakat maupun industri.
"Jadi saya sebagai menteri BUMN harus tegas untuk menegakkan Good Corporate Governance. Direksi dan komisarisnya perlu diisi dengan figur-figur yang bisa memastikan PLN ini berubah pola pikir dan model bisnisnya," ujar Erick.
Erick mengatakan bahwa salah satu bisnis utama PLN adalah distribusi listrik. Bukan terfokus untuk menjadi pembuat listrik. Sebab jika dengan pola bisnis bertumpu pada pembuat listrik, Erick mengaku khawatir jika PLN tidak mendapatkan investasi baru di pembangkit listrik. "Bikin power plant, pertambangan, akhirnya akan berat. Padahal poin terpenting tugas PLN adalah distribusi listrik. Bukan berarti kebijakan sebelumnya salah, bukan, tapi itu perubahan bisnis model," tambah Erick.
Memang diketahui beberapa waktu terakhir, peran PLN sebagai distributor listrik mendapat sejumlah ujian yang berat. Awal Agustus 2019, terjadi mati listrik massal alias blackout di Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah.(jpg)