BERLAKUKAN STANDARDISASI DIGITALISASI NOZZLE

Cegah Praktik Curang SPBU

Ekonomi-Bisnis | Rabu, 15 Agustus 2018 - 13:50 WIB

Cegah Praktik Curang SPBU
ISI BBM: Petugas mengisi bahan bakar minyak ke dalam tangki mobil di SPBU Abdul Muis, Jakarta, belum lama ini. PT Pertamina (Persero), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), serta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bekerja sama melakukan digitalisasi nozzle atau keran penyaluran BBM kepada 5.518 SPBU di Indonesia untuk mencegah kecurangan. (ISMAIL POHAN/JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kecurangan maupun tingkat pengurangan volume (losses) saat penyaluran bahan bakar minyak (BBM) berusaha diminimalkan. PT Pertamina (Persero), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), serta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bekerja sama melakukan digitalisasi nozzle atau keran penyaluran BBM kepada 5.518 SPBU di Indonesia.

Anggota Komite BPH Migas Saryono Hadiwidjojo mengatakan, digitalisasi itu diperlukan agar jumlah BBM bersubsidi yang disalurkan Pertamina ke masyarakat tercatat dengan baik. Misalnya, BBM yang keluar dari terminal BBM 8 ribu liter. Penyaluran jumlah itu bisa langsung terkontrol secara akurat ke SPBU maupun masyarakat dan berada di angka yang sama.

Baca Juga :Harga Minyak Mentah Turun Jadi 79,63 Dolar AS per Barel

Cara itu akan memudahkan Kementerian Keuangan membayar subsidi ke Pertamina. ’’Target digitalisasi nozzle tersebut dapat selesai dilakukan pada akhir tahun,’’ katanya, Senin (13/8).

Digitalisasi nozzle akan memberikan konversi jumlah liter yang disalurkan dengan alat khusus dan tercatat dalam aplikasi buatan Telkom. Data tersebut kemudian dikumpulkan dan dibuat laporan analisis yang membantu BPH Migas. Di setiap SPBU, kira-kira terdapat 13 nozzle yang harus dipasangi alat tersebut.

Digitalisasi nozzle itu memungkinkan pemerintah dan Pertamina untuk segera menindaklanjuti jika terjadi kelangkaan BBM di suatu wilayah. Selain itu, selama ini beberapa SPBU memang melakukan kecurangan dalam penyaluran BBM ke masyarakat. Batas losses yang bisa ditoleransi mencapai 0,5 persen dari penyaluran BBM.

’’Sekarang digital. Sebenarnya sebagian itu sudah digital, cuma masalahnya kan masing-masing tidak ada standardisasi. Dengan ini, ada standardisasi,’’ terang  Pertamina Jumali.

Saat ini baru 5.518 di antara 7.415 SPBU yang dilakukan digitalisasi nozzle. Jumlah SPBU tersebut merupakan SPBU reguler. Sisanya berupa SPBU untuk nelayan maupun APMS (agen premium minyak solar).

’’Kami menyasar yang reguler dulu. Bukan selesai di situ karena itu yang kelihatan teknologi bisa diterapkan. Kalau di SPBU yang pakai canting, bagaimana menerapkannya?’’ imbuh Senior Vice President of Corporate Shared Services Pertamina Jeffrey Tjahja Indra. Pertamina saat ini telah melakukan uji coba penerapan digitalisasi tersebut pada 10 SPBU di marketing operation region (MOR) III. (vir/c19/fal/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook