PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Sejak Maret lalu, pandemi Covid-19 mewabah di berbagai berlahan dunia, dan memberikan dampak luar biasa bagi pergerakan ekonomi msyarakat, dan memengaruhi pergerakan bisnis para pelaku usaha di berbagai daerah, tak terkecuali di Riau.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau, Wijatmoko Rah Trisno mengungkapkan, memasuki bulan ketujuh sejak pandemi, dampak tersebut masih sangat terasa bagi para pelaku usaha.
Kendati demikian, mereka tidak mau terus-menerus terpuruk usahanya, sehingga banyak perjuangan pelaku usaha yang berjuang keras untuk bisa bangkit dan bergerak kembali bisnisnya. "Bisnis dan usaha-usaha yang ada pada umumnya sudah bergerak ke arah positif. Mereka berusaha agar bisa bangkit kembali," kata Wijatmoko, Ahad (13/9).
Menurut Wijatmoko, belum semua sektor usaha yang bisa bangkit lebih jauh dan bergerak ke arah positif yang lebih jauh. Ia mencontohkan, perhotelan meskipun sidah mulai bangkit, namun pergerakannya masih terbilang lemah.
"Belum begitu pesat perkembangannya, walau tetap ada yang cukup bagus pergerakannya, tapi tidak begitu banyak. Tapi mereka masih tetap bertahan dan berusaha lebih keras untuk kembali bisa eksis dan membuat program-program baru," ujarnya.
Wijatmoko menyampaikan, Apindo juga sudah meminta kepada tiap anggotanya untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat, sehingga area bisnis yang dijalani tidak ada terjadi penularan Covid-19. "Jadi, bisnis yang dilakukan tetap bisa berjalan," ujarnya.
Sementara itu, bidang ekspor saat ini juga sudah mulai bergerak ke arah positif. Walau belum normal seperti dulu, namun tidak lagi terpuruk seperti sebelumnya. "Ekspor sekarang sudah kembali berlangsung, walau belum terlalu normal. Perusahaan eksportir sudah kembali mengirimkan produk-produknya ke luar, dan cukup bagus pergerakannya," tuturnya.
Demikian juga bidang transportasi, dikatakan Wijatmoko juga sudah ada pergerakan ke arah positif walau belum normal. Kemungkinan salah satu penyebabnya dikatakannya adalah karena biaya perjalanan yang masih cukup mahal, apalagi untuk angkutan udara penumpang juga diharuskan mengeluarkan biaya untuk rapid atau pun uji swab.(das)
Laporan: MUJAWAROH ANNAFI (Pekanbaru)