JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Operasi pasar yang bertujuan untuk menjaga stabilitas pasokan pangan saat Ramadan dan Idul Fitri akan digelar oleh pemerintah.
Namun, kebijakan itu menimbulkan pertanyaan, yakni soal rencana menggelontorkan beras impor di gudang Perum Bulog. Menurut Anggota DPR Fraksi Golkar, Firman Soebagyo, beras impor yang digelontorkan harusnya lebih murah dari beras lokal.
Di sisi lain, dia pun ragu kebijakan tersebut ampuh menekan harga beras di pasaran.
“Logikanya kan kalau OP itu harga terjangkau. Harusnya murah kan. Tapi kalau harga berasnya lebih mahal jadi buat apa kami impor,” ujarnya dilansir Rakyat Merdeka (Jawa Pos Grup), Jumat (11/5/2018).
Dia menilai, idealnya, OP dilakukan untuk menjaga stabilitas harga sehingga masyarakat mampu membeli beras dengan harga terjangkau.
“Tetapi dengan adanya impor yang jauh lebih mahal, sehingga tidak bisa dibeli dengan harga murah dengan kualitas yang baik, artinya, ada apa?" tanya dia.
"Jadi, OP ini hanya jadi alasan saja untuk dijadikan pembenaran agar bisa impor. Di balik itu ada pemain-pemain, ada kepentingan-kepentingan di dalamnya. Tapi Siapa? Saya kira ini menarik dilakukan kajian," terangnya.
Di samping itu, dia pun curiga impor beras tersebut untuk kepentingan politik pada 2019. Kecurigaan Anggota Komisi IV DPR itu karena pada tahun lalu, Kemendag sudah komit untuk tidak impor beras.
"Buktinya, harga beras tahun lalu juga stabil. Tapi belakangan begitu memasuki tahun politik, Kemendag malah buka impor kran beras 500 ribu ton," tuntasnya. (mam)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama