PDB Perikanan Tembus Rp62 Triliun

Ekonomi-Bisnis | Selasa, 09 Juli 2019 - 10:11 WIB

PDB Perikanan Tembus Rp62 Triliun
Susi Pudjiastuti

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Nilai produk domestik bruto (PDB) perikanan pada semester pertama 2019 mencapai Rp62,31 triliun. Jumlah itu naik 0,94 persen dibanding tahun lalu yang besarnya mencapai Rp58,97 triliun.

Tren positif tersebut seperti efek domino. Produk ekspor perikanan tanah air ikut melonjak, khususnya lobster. Lobster merupakan komoditas ekspor kedua terbesar setelah kepiting. Jumlah ekspornya melonjak lebih dari satu juta ekor.

Baca Juga :Mengenal Kearifan Budaya Lokal Masyarakat

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP Rina mengatakan, angka tersebut merupakan buah kerja keras mengatasi aksi penyelundupan benih lobster (BL).

Sejak 2014 hingga Juni 2019, BKIPM KKP mencatat telah sukses menggagalkan 257 kasus dengan 8,6 juta ekor BL yang berhasil diamankan. Jumlah tersebut senilai Rp1 triliun. Umumnya, aksi penyelundupan dilakukan melalui bandara dan pelabuhan.

”Kami terus berupaya meningkatkan pengawasan melalui pintu masuk lainnya. Mengikuti modus yang berkembang,” kata Rina.

Produk perikanan Indonesia kini sudah diterima di 157 negara. Vietnam, Taiwan, Singapura, Tiongkok, dan Malaysia merupakan lima besar negara dengan jumlah ekspor terbesar.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menuturkan, loster adalah produk perikanan yang paling digemari di pasar global. Indonesia menjadi sasaran lantaran memiliki jumlah yang melimpah di lautan. Tak ayal banyak perusahaan asing melakukan berbagai cara untuk mencuri.

Mereka memilih BL yang masih hidup. BL diselundupkan lalu dibudidayakan di negara para pencuri. ”Perputaran uangnya di level bandar dan tengkulaknya ini bisa Rp900 miliar hingga Rp1 triliun per tahun,” ujar perempuan asal Pangandaran itu.

Susi juga mengimbau para pelaku perikanan tanah air tidak melupakan budidaya dan pelestarian BL. ”Profesi nelayan akan punah kalau ikannya punah dan lingkungannya hancur. Jadi, harus kreatif tapi arif (bijaksana) dan aplikatif,” tegas menteri 54 tahun itu.(han/fed)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook