JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar terus terjadi. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melansir, Rupiah terdepresiasi ke angka Rp14.074 hari ini, Rabu (9/5/2018).
Menurut Ekonom dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono, posisi itu memengaruhi psikologis banyak pihak. Kondisi itu mengingatkannya kepada krisis 1998.
Komisaris independen Bank Permata itu menilai, pemerintah perlu menjaga efek psikologis pelemahan tersebut.
"Memang betul bahwa Rupiah melemah enggak sendirian, negara lain juga mengalami. Saya mencatat satu angle yang mungkin pemerintah dan BI kurang peka menanggapi hal ini. Sebab secara psikologi membuat nyaman," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (9/5/2018).
"Seolah-olah kami dejavu ke 20 tahun lalu. Ini mirip level krisis 98. Ada aspek psikologis yang harus dijaga. Kalau bisa jangan bisa terlampaui," tuturnya.
Adapun pelemahan yang terjadi memang bukan yang terburuk karena ada Argentina yang nilai tukarnya tersungkur lebih dalam. Akan tetapi, kejadian itu segera diantisipasi Negeri Tango dengan cara menaikkan suku bunganya menjadi 40 persen.
Meski begitu, ditegaskannya bahwa pemerintah perlu mengantisipasi pelemahan tersebut.
"Pasar melihat ini kok seperti tahun 98. Kalau dilihat dengan negara lain, ya, memang kami masih oke lah, paling jelek (pelemahannya) Argentina," tuntasnya.(hap)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama