Asing Masih Tertarik Pasar Indonesia

Ekonomi-Bisnis | Sabtu, 09 Maret 2019 - 12:53 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Potensi dana asing untuk masuk (capital inflow) ke negara-negara berkembang seperti Indonesia masih terbuka lebar. Per akhir Februari lalu, capital inflow tercatat Rp68 triliun. Jumlah tersebut naik jauh jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu yang hanya Rp6 triliun.

Sementara itu, yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun tercatat 7,8 persen. Jauh lebih tinggi daripada US Treasury yield yang hanya 2,7 persen.

Baca Juga :Tumbuh Positif, Tarik Perhatian Investor

Head of Research UBS Indonesia Joshua Tanja menyatakan, tren masuknya dana asing ke Indonesia terjadi sejak tahun lalu. Capital inflow terbanyak masuk ke pasar SBN. Pasar saham belum terlalu meningkat, bahkan cenderung menurun. Namun, pasar SBN memang masih diminati investor asing. ’’Kepemilikan asing di bond market dan equity market mempunyai tren yang berbeda,’’ ujarnya speerti diberiakan JPG,  kemarin (8/3).

Selain itu, layanan urun dana dengan penawaran saham berbasis teknologi informasi atau equity crowdfunding memiliki potensi besar di Indonesia. Ekonom Indef Bhima Yudhistira menyebutkan, berdasar data global, nilai equity crowdfunding lebih dari 25 miliar dolar AS atau setara Rp350 triliun. Sebagian besar didominasi AS senilai 17,2 miliar dolar AS. ’’Investor tidak hanya tertarik dengan keuntungan, tapi lebih jauh dampak sosial yang dihasilkan start-up,’’ paparnya.

Indonesia perlu lebih banyak equity crowdfunding karena kebutuhan pendanaan untuk start-up masih besar. Jumlah start-up Indonesia pada 2018 mencapai 2.069 perusahaan. Jika masing-masing memerlukan minimal Rp200 juta sebagai modal awal, total kebutuhan modal start-up mencapai Rp4 triliun. ’’Bank kurang bisa diandalkan karena regulasi yang ketat dan prinsip kehati-hatian,’’ ungkapnya.

Hal senada disampaikan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah. Dia mengungkapkan bahwa sudah banyak equity crowdfunding di luar negeri dan sangat lazim.

Aturan equity crowdfunding di Indonesia dalam POJK Nomor 37/POJK.04/2018 baru diteken pada 31 Desember 2018. ’’Ini model pembiayaan yang sangat pas untuk memunculkan start-up,’’ katanya.

Makin banyak yang ikut urunan, makin kecil share equity yang didapat. Namun, makin kecil pula risiko yang ditanggung. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan, investor equity crowdfunding nanti bisa berasal dari ritel.

Sebab, ritel itu menjangkau ke mana-mana. Seluruh dunia melakukan hal yang sama. ’’Kalau kita enggak, investornya nanti melalui platform yang tidak disediakan dari dalam negeri,’’ ujarnya.(rin/nis/c14/oki/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook