PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - PANDEMI Covid-19 telah berlansung sejak Maret 2020 lalu. Perekonomian lokal maupun nasional mengalami goncangan yang luar biasa, tak terkecuali bagi industri jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri menilai, kondisi perekonomian akan terus membaik seiring dengan membaiknya penanganan pandemi Covid-19.
Termasuk optimisme penggunaan vaksin sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak dari pandemi, serta dengan adanya stimulus-stimulus yang dihadirkan selama pandemi berlangsung. OJK sendiri turut mengambil andil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi agar tetap menggeliat dan tidak jatuh terlalu dalam akibat pandemi.
"Kalau pandemi teratasi, semua sektor industri jasa keuangan bisa bangkit, dan masyarakat bisa terbantu. Saat ini kita mengikuti dinamika pasar tentu dengan prinsip kehati-hatian. Kita akan lihat jika pandemi ini berlalu dan segera diatasi maka aktivitas ekonomi akan bangkit, tumbuh dan berkembang.
Masyarakat yang akan memerlukan permodalan yang cukup untuk aktivitas ekonomi. Sebagai pelaku usaha biasanya akan mencari permodalan dari perbankan atau perusahaan pembiayaan dan lainnya. Kalau pandemi bisa diatasi, maka ekonomi akan bangkit dan industri jasa keuangan juga akan bangkit," kata Kepala OJK Riau Yusri, Rabu (6/1).
Dia menuturkan secara nasional pertumbuhan ekonomi mulai terkoreksi di triwulan II yaitu mengalami kontraksi 5,32 persen, dan Riau terkontrasksi 3,22 persen.
Kemudian pada triwulan III ekonomi Riau mengalami kontraksi 1,67 persen. Dikatakannya, saat ini titik terbawah pertumbuhan ekonomi sudah terlewati, dan sedang mengarah ke pertumbuhan yang positif. "Ini adalah buah dari kebijakan-kebijakan yang sudah diambil oleh berbagai pihak terutama pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia," ungkapnya.
Di tahun 2020, Yusri mengatakan pihaknya masih bersyukur karena pergerakan perbankan Riau dalam mendukung perekonomian masih bisa berjalan, dimana meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan perbankan di Riau masih bergerak positif.
Pada pertumbuhan aset misalnya, hingga November 2020 mengalami pertumbuhan 9,52 persen dengan nilai Rp157,3 triliun. Kredit juga mengalami pertumbuhan meskipun melambat jika dibandingkan dengan tahun 2019, dimana kredit tumbuh 3,74 persen dengan nilai Rp71,46 trilun.
"Pertumbuhan kredit kita di Riau jika dibandingkan dengan nasional itu jauh lebih baik. Nasional -1,39 persen yoy, dan Riau 3,75 persen," urainya.
Selain itu dana pihak ketiga (DPK) perbankan Riau mengalami pertumbuhan 11,13 persen. Menurut Yusri meskipun saat ini suku bunga berkisar di 3,5 – 4 persen, namun masyarakat masih menjadikan perbankan sebagai alternatif untuk berinvestasi. "Total DPK sampai dengan November 2020 adalah Rp92,5 triliun," ujarnya.
Lebih lanjut, Yusri mengatakan di sisi risiko kredit juga masih sangat terkendali. Rasio NPL Riau adalah 2,87 persen dan hal tersebut jauh lebih baik dari pada rasio NPL nasional yaitu 3,18 persen di posisi November 2020.
Sementara itu, pertumbuhan aset bank syariah di Riau, Yusri mengungkapkan terjadi pertumbuhan yang luar biasa dan mencapai 24,92 persen.
"Pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Riau cukup tinggi, 11,76 persen dan mencapai Rp7,5 triliun sampai dengan November. Secara umum saya katakan, kinerja perbankan di Riau cukup baik walaupun di tengah pandemi Covid-19," tuturnya.(anf)