PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Koperasi Serba Usaha (KSU) Sumber Rejeki berkantor di Kotalama, Kunto Darussalam, Rokan Hulu, Riau telah berdiri sejak 1998. Koperasi tersebut bergerak di bidang simpan pinjam antar kioperasi maupun bank, serta di perkebunan kelapa sawit.
Sejak 1998, pihak KSU Sumber Rejeki pun tidak langsung bisa mengolah lahan, melainkan memperkuat jalinan kerja sama bersama mitra bangun perusahaan perkebunan maupun bank. Meski negara sedang gonjang-ganjing terkait reformasi. Bank negara pun tidak berani meminjamkan kucuran untuk dana KKPA atau kredit koperasi primer anggota, dikarenakan masa peralihan. Hingga akhirnya pada 2001 membuka perkebunan kelapa sawit hingga pada 2005 kebun bisa untuk dipanen.
Koperasi tersebut memiliki 30 karyawan kantor dan 1.094 anggota perusahaan. Memiliki lima unit mobil TBS atau tandan buah segar, dan 20 unit mobil TBS anggota.
Ketua KSU Sumber Rejeki, Drs Khairul Zaman, melalui Sekretaris KSU Sumber Rejeki, Dalmi SH, katakan masing-masing karyawan perusahaan memiliki 2 hektare kebun. Kebun bermanfaat bukan hanya untuk anggota KKPA, namun untuk yang lain juga, dengan cara menyumbang setiap bulan kepada masjid maupun sekolah yang memerlukan. Baik berupa fisik maupun materi tergantung kesepakatan awal.
Kemudian, KSU Sumber Rejeki menangkal isu yang dibuat Eropa bahwa sawit menyesengsarakan rakyat. Koperasi melakukan ISPO yang dasarnya dari pemerintah sesuai Permen No 11 Tahun 2015 yang sudah dilalui. Sehingga berhasil mendapatkan penghargaan ISPO atau Indonesian Sustainable Palm Oil System dari pemerintah pusat Jenewa di dalam negeri pada 2018 lalu bersama dengan satu koperasi yang ada di Kalimantan.
ISPO adalah kebijakann yang diambil oleh pemerintah Indonesia di bawah Kementerian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartispasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.
“Harapan kami koperasi yang lain lulus ISPO juga, untuk memenuhi keinginan dunia Eropa. Sehingga mereka tidak lagi bisa menebarkan isu yang bukan-bukan. Sekarang mereka mau memainkan isu apalagi? Jika ISPO tidak diikuti oleh koperasi-koperasi yang lain, artinya mengamini kata Eropa,” paparnya.
“Untuk mendapat ISPO, di audit oleh Jenewa perwakilan pusat. Tantangan harus dihadapi seperti di Dinas Perkebunan Rokan Hulu harus ada STDB atau Surat Tanda Daftar Budidaya. Jadi, berkebun sawit harus ada STDB, seperti legalitas, izin lingkungan, pengolahan bibit, pupuk kimia, keperluan air, satwa serta kayawan, cara membuka kebun dan lainnya harus jelas sesuai audit ISPO. Jika belum ada STDB berarti ini kebun sawit apaan,” ujarnya.
Efek kimia terhadap pekerja di lapangan juga harus dilakukan. Sehingga harus ada savety saat melakukan kerja yaitu dengan cara memakai masker dan sarung tangan saat sedang memupuk. “Jangan sampai sawitnya gemuk, manusianya kurus,” ungkapnya.
Sebagai salah satu koperasi, katanya, meski tidak bisa merubah Indonesia, paling tidak bisa mengikuti peraturan pemerintah. Supaya black campaignyang dilakukan Eropa bisa ditangkis.
“Dengan tidak bolehnya CPO Indonesia ke luar, masyarakat akan sengsara. Yang ujung-ujungnya lari ke harga sawit itu sendiri. Bagaimana perusahaan mau membeli kelapa sawit sementara tidak mampu menjual produknya. Meski KSU Sumber Rejeki sangat jauh dari Jakarta, cara berpikirnya pun tidak ingin ketinggalan yaitu dengan terus mengembangkan usaha sawit,” ucapnya
Menurutnya, industri sawit adalah industri yang bisa menyejahterakan masyarakat. Karena sebelum adanya kelapa sawit kehidupan masyarakat bercocok tanam padi, yang mana kami tidak melihat adanya perubahan taraf hidup masyarakat.