JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kesepakatan dengan pemerintah Indonesia perihal divestasi saham sebesar 51 persen telah diambil PT Freeport Indonesia. Selain itu, mereka pun sepakat membangun smelter selama lima tahun atau sampai Januari 2022.
Nyatanya, kesepakatan itu membuat harga saham induk perusahaan PTFI, yakni Freeport-McMoran anjlok dalam tiga hari terakhir dari tanggal 28 - 30 Agustus waktu Amerika. Pantauan JawaPos.com, harga saham Freeport-McMoran melemah sekitar 5,7 persen dari USD 15,6 pada 28 Agustus atau pada 29 Agustus seiring kesepakatan yang terjadi dengan Pemerintah Indonesia.
Sehari berselang, saham kembali turun menjadi USD 15,2. Hari berikutnya, saham mereka juga anjlok menjadi USD 14,6. Menurut Analisa Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, merosotnya saham induk PTFI dipengaruhi oleh kesepakatan divestasi saham dengan pemerintah Indonesia. Hal itu membuat para investor memberi kekhawatiran akan penurunan kinerja.
"Ada kaitannya, ya. Karena dengan adanya divestasi tersebut memberikan penilaian nantinya penguasaan Freeport atas tambang di Papua akan berkurang yang pada akhirnya kontribusi ke kinerja akan berkurang," katanya kepada JawaPos.com di Jakarta, Jumat (1/9/2017).
Diakuinya, dirinya saat ini tidak bisa memastikan penurunan tersebut akan terjadi sampai kapan. Yang jelas, pasar saat ini tengah menunggu kejelasan kinerja Freeport Indonesia pasca mereka melepas saham mayoritas ke pemerintah Indonesia.
"Kalau sampai kapannya, gak bisa saya pastikan. Tergantung mekanisme pasar. Mungkin pasar sementara menahan diri sambil menunggu kejelasan dari Freeport sendiri terhadap prospek kinerjanya ke depan," tuntasnya.
Dari pantauan, hingga saat ini saham Freeport-McMoran menguat 0,27 persen atau 0,04 poin menjadi USD 14,97. (cr4)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama