DUMAI (RIAUPOS.CO) - Menjadi daerah pengelola bahan bakar minyak (BBM) nyatanya tidak membuat Kota Dumai terlepas dari kelangkaan BBM. Antrean untuk mendapatkan BBM terlihat di SPBU Coco Jalan Putri Tujuh yang berada tepat di depan kilang Pertamina RU II Dumai yang merupakan lokasi pengolahan bahan BBM, Rabu (16/3).
Berdasarkan pantauan Riau Pos di SPBU Jalan Putri Tujuh, antrean BBM mengular hingga 1 km. Bahkan antrean mobil yang didominasi oleh kendaraan besar truk tronton terlihat sudah rapi, meski pun solar masih kosong. Setelah mengantre berjam-jam sejak pagi hari, akhirnya para sopir bisa melakukan pengisian solar.
"Saya sudah antre sekitar 4 jam dari pukul 07.00 WIB, dan baru bisa ngisi solar sekitar 11.30 WIB. Saya sekarang mengantre setiap pagi, di SPBU Putri Tujuh, karena kalau malam atau sore bisa dipastikan solar habis," kata Anton, salah seorang sopir tronton, Rabu (16/3).
Dikatakannya sudah dua pekan ini dirinya dan sopir lainnya harus selalu mengantre untuk mendapatkan solar sebelum pergi kerja. Karena jika dipaksakan takut tidak kebagian solar. Ia menambahkan, bahwa solar yang langka hampir terjadi di setiap SPBU di kota Dumai, sehingga menyulitkannya untuk bekerja maksimal sebagai sopir truk tronton. "Udah gak bisa ngomong apa apa Bang sama pemerintah takut dosa, terserahlah. Kami rakyat cuma bisa ngikuti saja," sebutnya.
Dirinya mengaku, tidak habis pikir, mengapa solar bisa cepat habis. Bahkan, dia dan rekan rekan lainnya, selalu mengatre solar di SPBU Putri Tujuh. "Besar SPBU ya di sini (Putri Tujuh) Bang, tapi sama aja sering habis. Kami setiap pagi harus ngantre berjam-jam untuk dapat solar. Kalau tak ngantre takut gak kebagian, karena sudah pernah," imbuhnya
Anton berharap kepada pemerintah untuk bisa kembali menormalkan solar, agar pekerjaannya bisa lancer. Jika terus begini bisa jadi sehari kerja sehari tidak, karena habis waktu untuk antre solar.
Pengendara Mobil Mewah Harusnya Tidak Pakai Pertalite
Pengendara mobil mewah disebut-sebut tidak seharusnya memakai pertalite dan bahan bakar minyak (BBM) untuk mobil mewah seharusnya jangan disubsidi.
"Harusnya orang-orang kaya malu pakai Pertalite, memang yang namanya BBM untuk orang kaya atau mobil mewah itu harusnya jangan disubsidi," ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, Rabu (16/3).
Tapi di sisi lain, kata Arya, seharusnya memang harga BBM yang untuk mobil mewah atau BBM nonsubsidi mengikuti harga pasar. "Kita berharap sebenarnya harga BBM yang dipakai oleh mobil-mobil mewah itu mengikuti naik turunnya harga pasar yang ada," tambahnya.
Selain itu, dia berharap ada kesadaran bagi pengendara mobil mewah agar menggunakan BBM nonsubsidi dan bersiap-siap juga supaya selalu mengikuti harga pasar untuk energinya. (mx12/rpg/anf)