PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Tim kukerta Universitas Riau bersama dosen pembimbing lapangan melakukan kajian sederhana mengenai permasalahan yang timbul akibat kendala distribusi bahan bakar, berikut mencari solusi yang dapat dilakukan berdasarkan potensi yang ada di Kelurahan Batu Panjang, Bengkalis. Solusi yang diberikan diharapkan dapat menghasilkan bahan bakar alternatif baru yang murah dan ramah lingkungan sesuai dengan potensi yang ada.
Melalui pengumpulan data konsumsi bahan bakar dan potensi biomassa masyarakat Kelurahan Batu Panjang Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis. Hal ini berkaitan dengan tema kukerta terintegrasi abdi masyarakat dimana teknologi tepat guna atas dasar daerah ini hanya terjangkau melalui jalur laut menggunakan kapal penyebrangan. Sehingga kegiatan pendistribusian kebutuhan masyarakat khususnya gas LPG terkendala.
Sebagai langkah awal sebelum membuat alat yang dapat membantu masyarakat, tim kukerta terlebih dahulu melakukan survei yang direncanakan 22- 25 Juli 2020 mengenai konsumsi bahan bakar. Survei ini bertujuan menggali dan mendapatkan informasi di lapangan, mulai jenis, ketersedian dan kebutuhan bahan bakar di masyarakat dan nantinya akan menjadi pedoman awal tim kukerta dalam pembuatan program pemanfaatan sumber energi alternatif.
Berdasarkan data sementara per 23 juli, terdata 50 orang responden yang telah dipilih berdasarkan wilayah dari data 2 KK diantaranya masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar sehari-hari, sedangkan selebihnya sudah menggunakan gas LPG 3 kg.
“Saya meggunakan kayu bakar karena keterbatasan ekonomi sehingga saya terpaksa harus menggunakan kayu bakar untuk meminimalisir pengeluaran,” ungkap salah seorang responden Ramlah.
Menurut hasil survei sementara diperoleh 75 persen masyarakat Kelurahan Batu Panjang setuju dengan adanya energi alternatif baru sebagai pengganti gas LPG. Sedangkan 15 persen diantaranya masih ragu-ragu dikerenakan masyarakat tidak tahu persis bagaimana bentuk, fungsi dan juga proses pendistribusian kedepannya. Sisanya masyarakat tidak setuju karena sudah merasa nyaman menggunakan gas LPG.
Berdasarkan hasil wawancara, bahan bakar gas LPG sering mengalami kelangkaan yang tidak menentu dalam setiap bulannya. Dengan kondisi ini, maka masyarakat harus menggunakan gas LPG dengan harga yang relatif lebih mahal dari biasanya.
Ketua pelaksana survei Rizki Eko Putra menyatakan kebutuhan gas LPG 3 kg bagi masyarakat berkisar antara 1-3 tabung setiap bulannya dengan rincian 5 persen mengkonsumsi 1 tabung. 65 persen mengkonsumsi 2 tabung dan 30 persen mengkonsumsi 3 tabung gas LPG 3 kg.
Potensi yang dimiliki Kelurahan Batu Panjang dengan luas lahan 3.111.238 ha, dimana 4.000 ha diantaranya dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan dengan perincian perkebunan kelapa sawit 7,5 persen, perkebunan karet 17,5 persen, perkebunan kelapa 0,075 persen, lahan pertanian 0,25 persen dan 74,675 persen tanah perkarangan rakyat.
Dari 50 orang responden yang terpilih 15 persen diantaranya memiliki luas lahan lebih dari 1 ha yang terdiri dari pohon kelapa, kelapa sawit dan karet dan sisanya memiliki luas lahan kurang dari 1 ha menanam pohon buah-buahan dan tanaman hias disekitar pekarangan rumah mereka.
“Warga Kelurahan Batu Panjang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, PNS dan petani. Adapun lahan di Kelurahan Batu Panjang umumnya dimiliki oleh rakyat dan perorangan,” ungkap lurah batu panjang M Rais M,Si.
Wilayah perkebunan dan pertanian di Kelurahan Batu Panjang merupakan potensi dalam mengatasi kelangkaan bahan bakar gas LPG. Data survei ini berguna sebagai pertimbangan pemanfaatan potensi biomassa yang akan digunakan sebagai bahan baku energi alternatif. Dan kajian ini menjadi dasar dalam membuat program kegiatan kelompok kukerta yang diketuai Muara Rizki Eko Putra dan dibantu dosen pengawas lapangan (DPL) Romy ST MEng.(egp)