NOVRIYANTI DAN ANAKNYA JUALAN KERIPIK DI TENGAH PANDEMI COVID-19 (2-HABIS)

Tegar, Meski Cobaan Silih Berganti

Begini Ceritanya | Selasa, 23 Juni 2020 - 08:25 WIB

 Tegar, Meski Cobaan Silih Berganti
Novriyanti (34) dibantu anaknya Alif (7) melayani pembeli keripik di Jalan KH Ahmad Dahlan, Sabtu (20/6/2020). MHD AKHWAN/RIAUPOS

Novriyanti bisa dikatakan sosok wanita yang tegar. Cobaan hidupnya silih berganti datang. Mulai dari ayah meninggal, suami di-PHK, sampai kakinya harus diamputasi karena penyakit diabetes.


(RIAUPOS.CO) - Wanita yang biasa disapa Yanti ini mengaku tak menyangka dirinya mengidap penyakit diabetes. Ia baru mengetahui saat harus dirawat di rumah sakit.


Saat itu, ia membersihkan kamar mandi yang tanpa sengaja bagian tubuhnya terkena keramik. Darah keluar dan tak berhenti. Ia pun diperiksalah ke RSUD Arifin Ahmad. Gratis pakai BPJS Kesehatan.

Dari situlah, diketahui bahwa dirinya terkena diabetes. Luka itu menyebar dan membuat jari di bagian kaki kanannya membusuk. Sampai akhirnya diagnosa dokter bagian tulangnya pun telah digerogoti sehingga harus diamputasi. Hal itu membuatnya kaget.

“Siapa yang tidak kaget mendengar itu. Kehidupan yang dijalani harus berubah. Untunglah suami serta mertua maupun orang tua tetap menyemangati saya,” ucapnya, akhir pekan lalu.

Waktu itu saat dirinya akan diamputasi, para dokter ada yang bilang di bawah betis, sampai betis ada juga yang bilang sampai lutut. Untuk menyiasati itu, kaki saya di perban sebab membengkak. Sampai akhirnya hasil akhir harus diamputasi sampai betis.

“Dokter maupun perawat tidak menyangka saat saya menyanggupi untuk diamputasi. Katanya kepada saya, ibu kok tegar sekali,” begitu jelasnya.

Begitu menyanggupi diamputasi, ia pun harus menunggu hingga satu malam. Tiba di malam hari, ia mendapat kabar bahwa hb dan kadar gulanya naik. Artinya harus menunggu selama satu pekan.

“Di ruang operasi itu saya dibius setengah badan. Yaitu dari bagian pinggu sampai kaki. Sementara bagian atasnya tidak. Saya pun mendengar dokter bilang gunting dan lainnya. Serta saya melihat dan mendengar kaki saya digorok,” terangnya.

Masa perawatannya berlangsung selama satu bulan di RSUD Arifin Ahmad. Suami tercintanyalah yang setia merawatnya. “Begitu mengetahui kaki saya diamputasi, anak saya tidak mau mendekat. Lalu saya bilang ke Alif, nak bunda kangen loh, boleh cium bunda. Barulah dia mau,” urainya.

Semenjak kakinya diamputasi, banyak orang yang membantunya baik memberi sumbangan berupa sembako maupun uang. Tak luput artis Ruben Onsu pun pernah datang ke rumahnya serta memberi bantuan uang untuk modal usahanya.

“Bantuan itu saya jadikan usaha kecil-kecilan dengan membuat kedai di rumah. Namun, karena di daerah sekitar kontrakan mulai sepi dan tinggal tiga orang yang menempati, jadinya sekarang sudah tidak jualan di kedai,” paparnya.

Kini ia membuat usaha keripik dan buat piring dari rotan. Bahannya dibeli dari Bekasi. “Dulu waktu saya mau melahirkan Alif, suami saya izin ke perusahaannya. Kata orang perusahaan tidak boleh pergi dan disuruh memilih, mengundurkan diri atau dipecat. Suami lebih memilih mendampingi saya untuk lahiran. Sehingga mengundurkan diri,” ujarnya.

Lalu setelah melahirkan, sang suami mencoba mencari kerja. Dapatlah bantuan dari sang ayah untuk bekerja di mana ayahnya bekerja pada Desember 2013 lalu. “Karena ayah saya meninggal, jadi pas Januari 2014, suami saya di PHK,” jelasnya.

Novriyanti percaya, cobaan demi cobaan yang menghampirinya akan selalu ada hikmahnya. “Jangan disesali apalagi sampai putus asa. Tetap berjuang dan berusaha serta semangat menjalani hidup. Kalau disesali dan putus asa, tidak akan pernah maju dalam hidup ini,” begitulah kalimat yang selalu menjadi penyemangat dalam hidupnya.

Suatu ketika dirinya pernah mendapat bantuan kaki palsu gratis. Membuat dirinya semangat karena bisa berdiri lagi. Takdir berkehendak lain. Begitu dirinya mendapat dan mengenakan kaki palsu tersebut, ia terjatuh. Sehingga menimpa kaki kirinya.

“Kaki kiri bagian lutut saya sudah pernah dioperasi karena tulang bagian dalamnya sakit. Jadi ketika kaki palsu itu menimpa kaki kiri membuatnya bengkak. Sehingga harus dioperasi lagi. Itulah kuasa Tuhan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Sehingga saya ber-istigfar ketika pikiran saya melampaui batas,” tuturnya.

Yanti ingin membahagiakan ibunya dan anaknya. “Ibu saya stroke dan ia tinggal di kampung. Kemudian anak saya benar-benar harus dijaga, karena dia kan keturunan saya. Makan selalu dijaga, bahkan kalau minum selalu pesan yang tawar. Dia sudah terbiasa makan dan minum yang tidak berasa,” ujarnya.***

Laporan SOFIAH, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook