PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Angga Maulana (10), bocah yatim piatu yang menderita sakit pembengkakan jantung meninggal dunia, Senin (15/4) sekitar pukul 15.30 WIB. Bocah yang tinggal bersama kakek neneknya di Perumahan Odrimari 1, Blok B 5 Jalan Cipta Karya, Kecamatan Tampan ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta sekitar pukul 15.30 WIB.
Saat di Pekanbaru, Angga pernah dirawat di berbagai rumah sakit. Mulai dari RS Sansani, RSUD Arifin Achmad, dan Eka Hospital. Hingga kemudian Angga dirujuk ke Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta.
Paman Angga bernama Dino menuturkan, pada 15 April 2019 pukul 15.30 WIB, Angga menyusul ayah dan ibunya yang telah dahulu meninggal.
‘’Saat berumur satu bulan, ia sudah ditinggal ayahnya. Ibunya menyusul kepergian ayahnya saat berumur tiga tahun,’’ kata Dino melalui sambungan telepon, Selasa (16/4).
Dijelaskannya, saat dirawat di RS Harapan Kita Jakarta, Angga merengek ingin berjumpa sang kakek. Sehingga pada Kamis (11/4), sang kakek berangkat ke Jakarta.
“Setibanya ayah saya, Angga selalu ingin bermanja. Apalagi jika ayah yang jaga, ia sering bangun dan minta ini itu. Bahkan kadang meminta jalan-jalan. Karena tidak bisa dengan kursi roda, ayah menggendongnya,” ucap Doni.
Menurut cerita ayahnya, pada malam hari sebelum kepergiannya, Angga tidur pulas dan tidak ada minta ini itu. Sehinggga sang kakek bisa juga tidur. “Namun, saat siang hari saat saya antar makanan untuk ibu saya, sekitar pukul 12.30 WIB hingga 13.30 WIB, Angga sudah mulai gelisah. Merengek sini sana. Ngomongnya nggak jelas. Apa yang diminta kami nggak tahu. Soalnya dia merengek terus. Terus dia minta gendong dan tidur. Biasanya setelah minta gendong di tak pernah tidur,” tutur Doni.
Ibu Doni kemudian memeriksa punggung dan perut Angga. Angga demam tinggi. Perawat dan dokter pun dipanggil. ‘’Setelah diperiksa dokter, saya pulang ke kos-kosan,’’ katanya.
Kemudian, sekitar pukul 15.00 WIB, keluarga Angga dipanggil perawat untuk datang ke rumah sakit. Rupanya di ruang Angga ramai orang. Dokter memompa jantungnya untuk memastikan keadaannya. Setelah itu dikatakan bahwa Angga sudah tidak ada.
“Mungkin itu yang terbaik untuk Angga dan sudah menjadi jalannya,” kata Doni.
“Kami pun akhirnya mengurus segala administrasi kepulangannya. Kata ayah, jika bisa pulang malam hari di bawa ke Pekanbaru terlebih dahulu. Namun, karena dapat tiketnya pagi pukul 08.00 WIB maka langsung di bawa ke kampung yaitu ke Sumatera Barat, daerah Pesisir Selatan, Koto Pulai. Selepas Zuhur dikebumikan di samping makam ibunya. Kalau makam ayahnya di Pekanbaru. Selesai pemakaman pukul 15.00 WIB tadi,” ungkapnya.
Dino berharap agar almarhum ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya dan semuanya turut mendoakan.
Terpisah, RT 01 dan RW 26 Kelurahan Sialang Munggu pun diberi kabar oleh Dino bahwa Angga telah tiada pada pukul 15.30 meninggal. Istri RT 01, Neli, sampaikan, mendapati kabar tersebut masjid di perumahan pun menyiarkan kabar duka. Para warga berdatangan ke rumah, sebab sang kakak bernama Dea yang tinggal di rumah. Kakaknya tidak ikut pergi ke Jakarta karena ujian sekolah SMP.
Kemudian warga yang datang pun bermusyawarah, hingga pas malam pukul 21.00 WIB pergi ke Pesisir, Sumatera Barat.
‘‘Ada tiga mobil yang pergi. Yang pergi di antaranya RT 01, RT 04, kalau RT lain tidak tahu. Dan beberapa warga juga ikut. Mereka sampai di Sumbar pukul 07.00 WIB,” ujarnya.(*3/rnl)
Reporter: Marrio Kisaz