JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang yang berjalan cepat 30 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gagal jantung dibandingkan dengan mereka yang berjalan lambat. Sebanyak 25 ribu responden diteliti oleh akademisi dari Brown University, Inggris.
Responden merupakan perempuan paruh baya yang dinilai bagaimana jalan cepat dapat memengaruhi kesehatan jantung mereka. Peneliti menemukan bahwa peserta yang berjalan antara dua hingga tiga mil per jam, 27 persen lebih terlindungi dari gagal jantung daripada mereka yang berjalan dengan kecepatan rata-rata di bawah dua mil per jam.
Peserta yang berjalan lebih cepat dari tiga mil per jam 34 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menderita gagal jantung. Hasilnya juga mengidentifikasi bahwa orang yang berjalan cepat cenderung tidak mengalami komplikasi kardiovaskular tambahan, termasuk penurunan fraksi ejeksi.
“Studi ini mengonfirmasi penelitian lain yang menunjukkan pentingnya kecepatan berjalan dengan mengurangi risiko kematian dan masalah kardiovaskular lainnya,” kata Kepala Penulis dr Charles Eaton seperti dilansir dari diabetes.co.uk, Minggu (13/3).
“Berjalan lebih cepat tetapi dengan waktu yang lebih sedikit mungkin memberikan manfaat kesehatan yang sama seperti yang direkomendasikan 150 menit per minggu untuk aktivitas fisik sedang,” tambah dr. Charles Eaton.
Gagal jantung adalah sebuah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik, biasanya terjadi ketika jantung menjadi terlalu lemah atau kaku. Lebih dari 900 ribu orang yang tinggal di Inggris terkena dampak gagal jantung, yang sebagian besar berusia di atas 50 tahun.
Menurut penelitian, 5 persen orang dewasa berusia antara 60 dan 80 mengalami gagal jantung, sementara 11 perseb orang dewasa yang lebih tua dari 80 menderita kondisi tersebut. Mekanismenya mungkin karena berjalan lambat dikaitkan dengan pengurangan massa otot dan peningkatan risiko gagal jantung
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa penyakit kardiovaskular 20 persen lebih kecil kemungkinannya berdampak pada pejalan kaki cepat daripada pejalan kaki lambat. Temuan ini telah dipublikasikan dalam Journal of American Geriatrics Society.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman