Malam itu, Uja dan Ipo tengah berjalan di lorong rumah sakit. Keduanya mendapat giliran menjaga adik mereka yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit tersebut.
Suasana rumah sakit yang sepi menambah kesan horor malam itu. Belum lagi lorong rumah sakit yang begitu panjang dan gelap membuat Uja dan Ipo mulai ketakutan.
Tengah asyik berjalan, tetiba keduanya mendengar suara roda berjalan di belakang mereka. Suara tersebut terdengar seperti suara ranjang rumah sakit yang tengah didorong. Namun, keduanya enggan melihat ke belakang karena takut.
''Wak, cepatlah jalan kau. Biar cepat kita sampai,'' kata Uja pada Ipo.
''Halah, takut kali kau. Itu cuma suara ranjang pasien yang didorong kok. Biasa itu,’’ jawab Ipo mencoba positive thinking.
Namun, makin cepat mereka berjalan, suara roda tersebut pun terdengar makin cepat dan mendekat.
Suasana horor makin terasa.
''Wak, lari aja kita yok. 1, 2, 3.. Lari...!!,'' ujar Uja memberi aba-aba.
Keduanya pun berlari pontang-panting secepat mereka bisa. Bukannya makin jauh, suara tersebut justru makin mendekat seperti mengejar mereka.
Uja dan Ipo pun akhirnya memilih untuk berbelok ke lorong pasien. Setelah berhenti, mereka mengintip ke arah lorong tadi. Alangkah terkejutnya mereka saat mendapati bahwa tak ada satupun orang di belakang mereka.
''Alamak...!! Betul dikejar setan kita rupanya wak,'' ujar Ipo.
''Tu lah kau sok-sok bagak tadi,'' sahut Uja.(azr)