PALEMBANG (RIAUPOS.CO) -- Bahaya erosi di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Musi semakin mengkhawatirkan. Hal ini dikemukakan Adi Kunarso, peneliti Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Palembang bersama dengan timnya saat melakukan studi di sub DAS Perapau, salah satu sub DAS di bagian hulu DAS Musi.
"Erosi di sub DAS Perapau telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil kajian kami yang menunjukkan tingkat bahaya erosi berat hingga sangat berat dengan luas mencapai 1.187,22 hektar," ungkap Adi beberapa waktu lalu.
Menurut peneliti dengan kepakaran Konservasi dan Pengaruh Hutan ini, sekitar 30?ri 3.923,60 Ha total luas sub DAS Perapau yang terletak di wilayah Semendo, Kabupaten Muara Enim masuk dalam kriteria erosi berat hingga sangat berat.
Adi Kunarso menjelaskan, tingkat bahaya erosi berat hingga sangat berat tersebut berada pada tata guna lahan yang sebagian besar berupa kebun kopi monokultur dan sebagian berupa tanah terbuka pada kelerengan curam hingga sangat curam.
“Erosi yang terjadi di sub DAS Perapau sebagian besar disebabkan oleh kombinasi curah hujan yang tinggi dan konversi kawasan hutan menjadi kebun kopi, dan tanah-tanah terbuka di lahan dengan kemiringan lebih kurang 25 persen. Hal ini diperparah lagi dengan belum adanya tindakan konservasi tanah pada lahan yang sebagian besar berada pada kelerengan yang curam hingga sangat curam,” jelas Adi.
Kebun kopi di sub DAS Perapau memiliki luas 1.094,58 hektar atau sekitar 27,89?ri luas sub DAS Perapau. Kebun kpi tersebut terdiri dari kebun kopi muda seluas 951,86 ha (24,26?ri luas sub DAS Perapau) dan kebun kopi tua seluas 142,66 ha (3,64ri luas sub DAS Perapau).
Dijelasan, dari kedua tutupan lahan ini, lahan dengan tutupan kebun kopi muda mempunyai potensi terbesar terjadinya erosi. Hal ini disebabkan dominasi tanaman kopi berumur kurang dari 3 tahun yang belum mempunyai tajuk rapat dan umumnya tanpa tanaman pelindung dan penutupan tumbuhan bawah. Tajuk dan tumbuhan bawah berfungsi menahan energi kinetik air hujan sebelum jatuh ke permukaan tanah. Oleh karena itu memiliki pengaruh besar pada tingkat limpasan dan erosi tanah.
Untuk memperkecil potensi terjadinya erosi di sub DAS Perapau, Adi Kunarso merekomendasikan, perlu dilakukan usaha-usaha konservasi tanah dan air, baik secara vegetatif maupun mekanis. Konservasi tanah secara vegetatif bisa dilakukan dengan merehabilitasi hutan di bagian hulu sub DAS yang telah dibuka dan penerapan pola agroforestri pada kebun kopi monokultur.