Zohreh selalu menutup tirai jendela. Dia tidak sanggup melihat apa yang di luar sana. Dia hanya tinggal berdua bersama ibunyi. Seorang janda yang sudah agak tua.
Zohreh memutuskan untuk minta perlindungan polisi. Ia sampai ke pengadilan untuk mendapatkan hak perlindungan itu. Zohreh berhasil menerima selembar surat jaminan keamanan dari kepolisian. Dia minta jaminan keamanan itu selama 99 tahun. Dia melihat ancaman ini akan panjang.
Tapi apalah arti selembar surat jaminan.
Suatu malam, malam Jumat lewat tengah malam, 9 Maret lalu, Khodak datang ke rumah Zohreh. Gelap. Dingin. Seattle yang dijuluki kota hujan tidak pun gerimis.
Khodak menjebol jendela rumah itu. Ternyata persis di kamar ibunda Zohreh. Terjadi pertengkaran antara janda tua dan sopir truk itu. Si janda berhasil meloloskan diri. Lari ke jalan. Sepi. Ke rumah tetangga. Dari situ dia menelepon ke 911.
Ketika polisi tiba, Zohreh sudah terkapar tewas di lantai. Kepalanyi ditembus peluru. Suaminyi juga ditemukan tewas di luar rumah. Rupanya ia sempat lari ke depan rumah. Tersungkur di situ. Polisi mencoba memberi pertolongan dengan memompa jantungnya tapi sudah tidak tertolong. Jenazah Khodak juga ditemukan di rumah itu. Ia menembak dirinya sendiri.
Selembar surat jaminan keamanan selama 99 tahun terlihat tak berguna tergeletak di meja di rumah itu.***