JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyinergikan kemajuan teknologi informasi ke dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ini ditandai dengan peluncuran Sistem Informasi Karhutla melalui short message service (SMS) Blast.
Launching SMS Blast tersebut dilakukannya bersama Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan jajaran di Gedung Manggala Wanabakti, Kompleks KLHK, Senayan, Jakarta, Rabu (4/7).
Sebelumnya, untuk pemberian peringatan dan informasi deteksi dini karhutla, KLHK telah meluncurkan sistem di mana masyarakat dapat mengetahui jumlah titik panas dan titik api secara langsung melalui laman sipongi.menlhk.go.id.
Namun sekarang, informasi itu dikirim langsung lewat pesan singkat ke masing-masing pelanggan provider. Layanan gratis ini didukung oleh sejumlah penyedia layanan seperti PT Telkom Indonesia, Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Hitchison 3 Indonesia, dan Sampurna Telekomunikasi Indonesia.
“Kita bersyukur hari ini bisa me-launching SMS Blast untuk karhutla. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menkominfo. Kemudian juga seluruh operator pendukung SMS Blast gratis ini,” ucap Siti usai peluncuran sistem tersebut.
Menteri 61 tahun itu menyebutkan, sistem itu juga bertujuan untuk antisipasi dan penanganan karhutla berkaitan dengan pelaksanaan Asian Games XVIII Jakarta-Palembang. Dengan SMS Blast, semua informasi mengenai karhutla dikirim langsung ke alat komunikasi masyarakat.
Pada saat itu, masing-masing provider langsung menguji coba SMS Blast kepada pelanggannya di sekitaran Senayan, Jakarta, dan Kota Palembang. Telkomsel misalnya, mengirim ke 403.487 pelanggan di Palembang saat peluncuran. Indosat kepada 22.502 pelanggan di Jakarta dan 28.398 di Palembang. Begitu juga XL Axiata dan Hitchison 3.
“Kehadiran sistem informasi dan teknologi ini membuat langkah kita lebih sistematis dan instrumen kerja kita lebih modern,” ujar Siti.
Dengan SMS Blast ini pula, pemerintah ingin mendorong kepedulian masyarakat mencegah karhutla, sekaligus early warning system dan meningkatkan koordinasi dan sinergi pemerintah dari pusat sampai daerah. Rudiantara pada kesempatan itu mengakui sistem SMS Blast tersebut masih tahap dasar dari teknologi informasi yang dipakai terkait karhutla. Ke depan bisa ditingkatkan dalam bentuk gambar maupun video. Hanya saja itu memerlukan revisi UU Penyiaran.
Terkait layanan SMS Blast, Rudi mengatakan hal itu sudah menjadi kewajiban kementeriannya memberikan pelayanan kepada seluruh stakeholder di pemerintahan.
“Salah satu tugas Kominfo adalah melayani. Salah satu klien yang harus kami layani adalah aplikasi berkaitan dengan lingkungan hidup,” ucapnya sembari tersenyum.
Tetap Waspadai Karhutla
Pada kesempatan itu, Siti juga mengatakan pada tahun ini sebagian masa-masa kritis karhutla sudah terlewati. Namun, kewaspadaan tetap ditingkatkan mengingat bulan krusialnya masih di depan mata.
Menteri kelahiran Jakarta, 28 Juli 1956 itu teringat pada pengalaman sangat berat ketika pada 2015 saat karhutla melanda sejumlah provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Ketika itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun langsung ke lapangan, sekaligus memimpin penanganannya. “Saat ini kita rasakan hasilnya selama dua tahun dan masuk tahun ketiga. Ini kita sekarang sudah di bulan Juli, ini bulan mulai deg-degan kita,” ucap Siti sembari tersenyum.
Bila melihat peta karhutla di Riau misalnya, sebagian masa kritis sudah terlewati karena biasanya pada akhir Maret sampai pertengahan Juni, jumlah titik panas maupun api tergolong tinggi. “Tapi ini sudah kita lalui. Sekarang masuk Juli dan kita harus waspada. Biasanya puncaknya itu di pekan pertama, kedua September. Itu kencang-kencangnya hot spot-nya,” ungkap mantan sekjen DPD RI ini.
Kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan karena berdasarkan data yang diperoleh KLHK, sampai awal Juli ini sudah ada sekitar 700-an hot spot di Riau. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, telah terjadi kenaikan 180 persen. Meskipun angka itu jauh lebih rendah dibanding periode sama tahun 2016.
“Tapi terus-menerus kita waspadai. Karena di bulan Juli, masuk Agustus apalagi September cukup rawan,” ungkap Siti yang ketika itu didampingi Sekjen KLHK Bambang Hendroyono dan jajaran.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK, Ida Bagus Putra Parthama dalam laporannya menyampaikan sistem SMS Blast tersebut merupakan kelanjutan nota kesepahaman antara kedua kementerian pada 2017 tentang pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi dalam penyebaran pengendalian informasi karhutla.
Nota kesepahaman itu ditindaklanjuti dengan kerja sama antara Ditjen PPI KLHK dan Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informasi (PPI) di Kemenkominfo. “Lalu disepakati aturan pengiriman SMS Blast dengan petunjuk teknis penyebaran informasi karhutla,” ucap Putra.