Hal tersebut bukan tidak beralasan, menurutnya di KPU Inhu menjadi contoh. KPU sangat gencar melakukan sosialisasi. Bahkan mereka terpilih menjadi KPU nomor dua terbaik di Indonesia, namun partisipasi pemilih di sana terendah di Riau. Sekitar 57,83 persen. Itu sangat menunjukkan bahwa semaksimal mana pun KPU melakukan sosialisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap partisipasi pemilih.
Malah yang tertinggi di Kuansing. Padahal sosialisasi KPU setempat tidak seintensif KPU Inhu. Namun partisipsi mereka jauh lebih tinggi. Bahkan hampir mencapai target, yakni 73,80 persen.
Jadi menurut evaluasi, pada pilkada serentak kali masing-masing paslon, timses dan parpol bekerja keras mengajak pemilih untuk memilih.
“Ada beberapa faktor. Mulai dari daya tarik. Bisa jadi dari ketokohan, bisa jadi dari sejarah dulu. Artinya persaingan sebelumnya,’’ terangnya.(fat/hsb)
Sementara,untuk menghadapi gugatan di MK, KPU Riau sudah melakukan rakor evaluasi pilkada Riau dan persiapan untuk menghadapi gugatan ke MK.(fat/hsb)