Instagram Disebut Pendirinya Sudah Kehilangan Jiwa, Apa Maksudnya?

Teknologi | Rabu, 05 April 2023 - 20:32 WIB

Instagram Disebut Pendirinya Sudah Kehilangan Jiwa, Apa Maksudnya?
Ilustrasi: Media sosial Instagram. (TECHCRUNCH)

NEWYORK (RIAUPOS.CO) - Kevin Systrom, salah satu pendiri Instagram, baru-baru ini menyatakan keprihatinannya tentang arah yang diambil jejaring sosial besutannya dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sebuah wawancara dengan reporter teknologi Amerika Kara Swisher, Systrom mengklaim bahwa Instagram telah kehilangan 'jiwanya' dan tidak lagi menjadi platform yang dulu ia bantu ciptakan.

Mundur sedikit ke belakang, Systrom mendirikan Instagram pada 2010 bersama Mike Krieger sembari juga saat itu dia menciptakan Burbn, sebuah layanan berbagi lokasi. Dia mengungkapkan dalam wawancara bahwa dia biasa masuk ke Instagram untuk melihat apa yang sedang dilakukan teman dan keluarganya.


Tetapi sekarang yang dia lihat hanyalah kreator, brand dan tokoh-tokoh tertentu yang menggunakan platform untuk menjual produk dan layanan serta menghasilkan uang. Hal ini dianggapnya sudah tidak lagi sesuai dengan khittah awal berdirinya Instagram.

Dilansir dari Tudocelular, menurut Systrom, masalah model bisnis Instagram saat ini terletak pada fokusnya pada penargetan iklan.

Meskipun strategi ini mungkin membuahkan hasil bagi Meta, perusahaan induk Instagram sekarang, strategi ini telah membuat banyak pengguna Instagram biasa merasa tersisih. Terpinggirkan.

"Saya pikir penyesalan terbesar saya tentang Instagram adalah seberapa komersialnya," kata Kevin Systrom.

Platform ini semakin diarahkan untuk kreator dan perusahaan profesional, menyisakan sedikit ruang untuk pengguna publik biasa pada umumnya. Proses monetisasi di Instagram juga menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Influencer di platform menjalani kehidupan mewah, mempromosikan gaya hidup yang dicita-citakan banyak orang tetapi tidak dapat dicapai. Systrom mencatat bahwa Instagram telah menjadi "perlombaan ke bawah" dengan pengguna yang bersaing untuk menjadi yang paling sempurna dan sempurna.

Systrom justru memuji platform lainnya BeReal karena mencoba menyelamatkan sebagian dari Instagram di masa lalu. BeReal mendorong pengguna untuk memposting momen acak dan tanpa filter di hari mereka tanpa persiapan, riasan, atau praproduksi apa pun.

Sebagai informasi, platform ini merupakan respon terhadap meningkatnya tekanan pada pengguna Instagram untuk menghadirkan citra kehidupan mereka yang sempurna dan terkurasi.

Penting untuk dicatat bahwa Instagram dijual ke Facebook pada tahun 2012 seharga USD 1 miliar saat itu. Systrom dan Krieger tetap memimpin lebih lama tetapi akhirnya meninggalkan perusahaan pada tahun 2018 karena perbedaan pendapat dengan Mark Zuckerberg, CEO Facebook, pembeli Instagram kala itu.

Kritik Systrom terhadap Instagram sendiri agaknya cukup mencerminkan kekhawatiran yang berkembang tentang dampak media sosial pada kehidupan kita. Banyak orang merasakan tekanan untuk menampilkan citra diri mereka yang sempurna di platform ini, yang menyebabkan meningkatnya kecemasan dan depresi. 

Munculnya influencer juga telah menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang apa artinya sukses atau bahagia. Fokus Instagram pada monetisasi juga menyebabkan kesenjangan yang semakin besar antara pembuat konten dan pengguna biasa.

Netizen menilai, sementara para influencer di platform menjalani gaya hidup mewah, banyak pengguna biasa berjuang untuk mengikutinya. Perpecahan ini dapat menyebabkan konsekuensi sosial yang tidak diinginkan, seperti yang diperingatkan Systrom.

"Hidup ini sangat sulit, dan semua yang diposkan orang di Instagram adalah puncak gunung es. Perlombaan ini untuk mencari siapa yang paling sempurna", tandas Systrom.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook