JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Selepas Elon Musk mengambil alih kepemimpinan Twitter pada Oktober 2022 lalu, banyak kontroversi yang terjadi. Drama Twitter di fase awal kepemimpinan Elon Musk di Twitter juga cukup menyita perhatian publik.
Terbaru, ribuan pengguna Twitter melaporkan bahwa mereka sempat mengalami masalah saat mengakses situs web tersebut pada malam hari tanggal 28 Desember 2022. Hal ini juga dibuktikan dengan peta Twitter yang tumbang di laman DownDetector.
Berdasarkan laporan para pengguna yang terdampak, pemadaman dimulai tepat sebelum pukul 19:00 waktu setempat, mencapai puncaknya sekitar pukul 19:44 sebelum kembali sepenuhnya setelah padam sekitar dua jam. Tak semua pengguna merasakan, ada sebagian kecil yang mengalami kesulitan memuat jejaring sosial melalui aplikasinya.
Menurut Guardian, pengguna yang tidak dapat mengakses situs web mendapat pesan yang berbunyi “ada yang tidak beres, tapi jangan khawatir, itu bukan salahmu.” Padamnya layanan Twitter juga langsung mendapat atensi Elon Musk.
“Server backend yang signifikan dibuat sekitar waktu yang sama yang seharusnya membuat layanan terasa lebih cepat,” kata Elon Musk menjawab keluhan netizen di akun Twitter pribadinya.
Usut punya usut, pada Malam Natal 2022, Musk mengungkapkan bahwa dia telah memutus salah satu rak server Twitter. Rak server yang dicabut itu ternyata sangat sensitif, tetapi saat jejaring sosial tersebut tetap beroperasi.
Isik Mater, direktur penelitian di layanan pemantauan internet NetBlocks, mengatakan kepada The New York Times bahwa masalah di Twitter muncul di banyak negara dan tersebar luas.
“Application Programing Interface (API) platform terpengaruh, yang melayani aplikasi seluler serta banyak aspek dari situs desktop,” kata Mater.
Padamnya Twitter selama beberapa waktu juga ada yang mengaitkan dengan perusahaan yang telah memberhentikan sekitar setengah dari tenaga kerja dan ribuan kontraktor mereka. Sejak saat itu, seorang mantan karyawan mengatakan kepada The Washington Post pada November 2022 bahwa mereka mengetahui enam sistem kritis yang tidak lagi memiliki “insinyur”.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman