Kapal Tenggelam di Danau Toba, 167 Hilang

Sumatera | Kamis, 21 Juni 2018 - 11:40 WIB

Kapal Tenggelam di Danau Toba, 167 Hilang
MENANGIS: Lela Supiyanti menangis karena putrinya belum ditemukan akibat tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, Selasa (19/6/2018). (BEAWIHARTA/REUTERS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kapal Motor (KM) Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut), Senin (18/6) lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 178 orang korban hilang. Namun perkembangan terbaru, dari laporan warga yang merasa keluarganya hilang dan berada di kapal itu berjumlah 189 orang.

Enam di antaranya berasal dari Riau. Mereka adalah Tamara Oktavia (15) asal Pekanbaru, Lamtama Br Napitupulu (15) asal Pekanbaru dan Nurwanto (28) asal Kampar. Kemudian tiga lagi diketahui berasal dari Kandis, Siak. Mereka adalah satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan satu balita. Yakni Yudi Samsudin (30), Sri Wahyuni (23), dan Adli Pratama (2,5).

Baca Juga :Korban Kapal Tenggelam Masih Tertahan di Melaka

Hingga kini, mereka belum ditemukan. Pihak keluarga masih menunggu-nunggu kabar terkait hasil pencarian yang dilakukan Basarnas.  “Belum ketemu. Belum,” kata Turiah, ibu dari Sri Wahyuni saat dihubungi Riau Pos, Rabu (20/6).

Turiah sudah pasrah atas nasib anak, menantu dan cucunya. Namun, besar harapannya agar anak menantu dan cucunya dapat ditemukan.  “Kami sudah pasrah. Kami serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Semoga segera ditemukan,” ujarnya.

Turiah mengaku sudah lama tak berjumpa dengan anak dan cucunya. Sebab, selama ini anak dan menantunya itu tinggal di Siantar (Sumut). Di rumah mertua anaknya.

“Tinggalnya di rumah mertuanya di Siantar. Kalau di sini (Riau, red) di Kandis. Saya juga di Kandis,” katanya.

Dia mengaku, baru mendapat kabar bahwa anak, menantu dan cucunya menjadi korban tenggelam sejak Rabu pagi. Dia pun heran, mengapa keluarganya bisa menjadi korban. Sebab, awalnya anak, menantu dan cucunya pergi ke Siantar, yang jaraknya cukup jauh dari Danau Toba.

“Mungkin pergi wisata ke Danau Toba. Kebetulan mereka lagi di Sumut. Kami berharap bisa segera ketemu,” kata dia.

Sementara itu Kepala Basarnas Muhammad Syaugi melaporkan hingga kemarin telah ditemukan 22 orang korban. 18 selamat. Sementara sisanya 4 orang meninggal dunia. Sementara, laporan warga yang merasa keluarganya hilang dan berada di kapal berjumlah 189 laporan. Artinya saat ini masih 167 lagi yang masih hilang.

Kemarin, Basarnas berhasil menemukan tiga orang korban. Satu korban ditemukan pada pukul 07.00 WIB, satu korban pukul 10.00 WIB, dan satu lagi pukul 14.20 WIB.

“Ketiganya perempuan dan semuanya meninggal dunia,” kata Syaugi, Rabu (20/6).

Jenazah perempuan tersebut ditemukan selitar 5 km di timur laut lokasi kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun. Syaugi mengatakan, petugas akan all out dalam melakukan pencarian. Saat ini telah disiagakan 70 orang penyelam. Dilengkapi dengan peralatan propeller pinggang. Penyelaman dilakukan 25 hingga 50 meter.

Sementara alat remotely operated underwater vehicle (ROV) milik Basarnas hanya bisa menjangkau kedalaman hingga 300 meter dari kedalaman Danau Toba yang bisa mencapai 400 sampai 500 meter. “Sebenarnya kami punya yang lebih besar. Tapi yang bawa harus kapal besar juga. Nggak mungkin dibawa ke Danau Toba,” katanya.

Syaugi menyatakan bahwa pencarian akan terus dilakukan pagi siang hingga sore selama 7 hari ke depan.

“Setelah 7 hari, kita evaluasi kemungkinan, kalau masih memungkinkan ditemukan, ya diperpanjang 3 hari jadi 10 hari,” katanya.

Jenazah para korban lantas dievakuasi untuk kemudian diidentifikasi. Mulai kemarin, Tim SAR Marinir yang bawah kendali operasi (BKO) ke Badan Nasional Pencarian dan Penyelamatan (BNPP) atau Basarnas langsung bergerak. Mereka turut menyelam bersama special group Basarnas dan tim dari Polairud dalam pencarian korban hilang kapal motor nahas tersebut. ”Langsung bergabung dengan yang lainnya,” kata dia.

Menurut Kadispen Kormar Letkol Mar Ali Sumbogo, pencarian korban hilang sudah mulai berjalan sejak pukul 07.00 WIB. Berbeda dengan dua hari lalu (19/6), kemarin petugas menyebar sampai radius dua kilometer dari lokasi kejadian. Upaya itu dilakukan lantaran para korban berpotensi terbawa arus sehingga menjauh dari lokasi karamnya kapal tersebut.

”Tim akan terus berupaya secara optimal agar korban dapat ditemukan lagi,” bebernya.

Kepala Kantor Basarnas Medan Budiawan menyampaikan, pencarian korban hilang pada hari ketiga memang dilaksanakan sejak pukul 07.00 WIB. Proses itu berlangsung sampai pukul 18.00 WIB. Mereka mengandalkan dua pola pencarian. Di permukaan dan di dalam air.

”Jadi, pencarian di permukaan itu dari jam tujuh sampai jam 12 siang. Dilanjutkan dengan penyelamanan,” jelasnya. Total jumlah penyelam yang dikerahkan sebanyak 12 orang.

Seluruh penyelam berasal dari tiga instansi. Yakni Basarnas, TNI, dan Polri. ”Penyelaman di TKP tenggelamnya KM Sinar Bangun,” terang Budiawan. Namun demikian, sampai kemarin sore para penyelam belum berhasil menemukan korban lain. Dengan tambahan dua jenazah, total korban yang berhasil ditemukan sebanyak 21 orang. Dua korban itu, sambung dia, ditemukan pada pagi dan menjelang siang kemarin.

Berkaitan dengan investigasi pascakecelakaan terjadi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menjelaskan bahwa proses tersebut dilaksanakan secara paralel bersamaan dengan upaya pencarian. ”Bareng-bareng. Sekarang sudah mulai (investigasi, red),” ungkap dia ketika dikonfirmasi JPG kemarin. Bersama timnya, Soerjanto sudah berada di lokasi kejadian.

Soerjanto mengungkapkan, investigasi oleh KNKT menyisir seluruh aspek keselamatan transportasi pada KM Sinar Bangun. ”Semua aspek,” kata dia tegas. Semua aspek yang dia maksud termasuk pelabuhan, kapal, serta implementasi aturan atau regulasi di lapangan.

”Semua yang berkaitan dengan keselamatan itu kami lihat semuanya,” bebernya.

Saat ini, instansinya masih berupaya mengumpulkan data yang diperlukan dalam invenstigasi. Kecepatan proses investigasi, sambung dia, bergantung pada langkah awal itu.

”Kami usahakan (investigasi selesai, red) secepatnya. Tapi, tergantung dari data-data lapangan,” kata Soerjanto.

Dia pun menegaskan kembali, insiden tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba akan menjadi perhatian KNKT serupa kecelakaan kapal yang terjadi di Makassar pada arus mudik pekan lalu (13/6).

Tim KNKT yang sudah dikerahkan sejak kecelakaan terjadi, kata Soerjanto akan mengumpulkan data sampai bangkai kapal diangkat.

”Kalau bangkai kapalnya diangkat, kami juga ikut melihat bangkainya seperti apa,” beber dia.

Itu penting untuk menambah data yang akan dianalisis oleh KNKT. Sejauh ini, sambung dia, data sementara yang sudah dipegang timnya belum dapat disimpulkan dan disampaikan kepada publik.

Sementara Kabagpensat Divhumas Polri Kombespol Yusri Yunus menjelaskan bahwa jumlah penumpang kapal yang tenggelam di Danau Toba bertambah, berdasarkan pengaduan masyarakat ke Posko DVI diketahui untuk Rabu (20/6) jumlah penumpang diprediksi mencapai 178 orang.

Menurutnya, penyisiran dilakukan di titik yang menjadi lokasi kapal tenggelam. Soal luasnya belum bisa dipastikan. Namun, yang menjadi masalah adalah ombak dan angin. ”Terkadang saat sore juga muncul kabut yang cukup tebal,” papar mantan Kabidhumas Polda Jawa Barat tersebut.

Terkait masa pencarian, Polri yang telah berkoordinasi dengan Basarnas, kemungkinan akan dilakukan selama tujuh hari. Namun, kalau diperlukan bisa ditambah tiga hari. ”Sesuai dengan situasinya, total bisa 10 harian,” paparnya.

Menurutnya, Polri juga berupaya untuk bisa memastikan apakah ada unsur pidana dalam tenggelamnya kapal tersebut. Memang situasi di lapangan, banyak muncul kapal tidak resmi. ”Nanti kita evaluasi,” jelasnya.

Namun begitu, Polri juga perlu untuk mempertimbangkan situasi dan kondisi. Saat ini masih dalam proses evakuasi.  ”Lihat situasi ini, pencarian dulu,” ujar Yusri.(tau/syn/idr/jpg/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook