MEULABOH (RIAUPOS.CO) - Hujan deras yang turun beberapa hari di Aceh Barat menyebabkan 10 kecamatan terendam banjir, Rabu (17/10). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat mendata sebanyak 80 desa terkena dampaknya. Banjir berpotensi terus meluas dalam tiga hari ke depan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Aceh Barat, Maimun menyarankan masyarakat yang berdomisili di sekitar tepian ruas sungai dapat meningkatkan kewaspadaan. Kacamatan yang dilanda banjir di antaranya Bubon, Sama Tiga, Johan Pahlawan, Woyla Timur, Woyla Induk, Arongan Lambalek, Woyla Barat (15 desa), Kaway, Pante Cereumen dan Meureubo.
”Ketinggian air bervariasi. Untuk Kecamatan Woyla Raya dan Arongan Lambalek mencapai 20 sampai 130 cm. Tapi di Kecamatan Johan Pahlawan, Sama Tiga, dan Bubon hanya 30 hingga 50 cm,” jelasnya, Rabu (17/10).
Titik pengungsian ditetapkan di Desa Napai, Blang luah, Cot Rambong, Cot Amun. “Kami bangun dapur darurat. Korban perlu suplai beras, mi cepat saji, ikan sarden, dan telur. Yang mau memberikan sumbangan bisa langsung berkoordinasi dengan pihak kecamatan lokasi banjir,” jelasnya.
Banjir juga menyebabkan akses jalan penghubung Teupin Peraho - woyla Barat Tidak dapat dilewati kenderaan. Demikian juga dengan ruas jalan Ateng Teupat Kecamatan Bobon, yang kini mulai tergenang sehingga sangat sulit untuk dilalui kendaraan.
Sekolah Terganggu
Banjir juga menyebabkan aktivitas belajar mengajar di sekolah terganggu. Yanti (32), seorang warga Gunong Pulo, Kecamatan Arongan Lambalek, mengatakan permukiman tempat ia berdomisili menjadi terisolir. Sungai yang tidak jauh dari kampungnya meluap mencapai 1 meter lebih. “Sudah dua hari banjir seperti ini. Kami tidak mau mengungsi. Tetap di rumah dengan tidur di atas terpal atau meja yang tinggi,” jawabnya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Aceh Barat, Husensah, mengatakan beberapa sekolah yang terpaksa diliburkan, seperti SD Arongan Lambalek, SD Teupin Peuraho, SD Arongan Kecamatan Woyla, SD Padang Jawa, Kecamatan Woyla Timur serta SD Simpang, Kecamatan Kaway XVI. “Karena banjir ini anak-anak tidak mungkin bisa belajar. Nanti setelah surut, baru diumumkan masuk sekolah lagi,” ungkapnya.
Terpisah, Badan Meteorologi Klimatologidan Geofisiki (BMKG) Meulaboh Nagan Raya, melalui Forecaster on dutty, Angga, menyatakan potensi banjir luapan melanda kawasan pesisir pantai barat Aceh, masih berpeluang terjadi sampai akhir bulan.
Khusus wilayah pesisir pantai Barat Aceh, terdapat dua puncak curah hujan, yakni terjadi di pertengahan dan akhir tahun. Jika di akhir tahun, biasanya terjadi pada Oktober-November. “Dalam dua bulan ini, curah hujan disertai guntur pasti cukup tinggi. Jadi warga harus tetap meningkatkan kewaspadaan bencana banjir dan longsor,” ujarnya.
Kecepatan angin dipermukaan, masih tergolong normal, yakni mencapai 3-10 km/jam. Namun arah angin berasal dari Samudera India atau dari laut menuju kedaratan, mampu memicu pertumbuhan awan CB yang menebal sampai menyebabkan terjadinya hujan diiringi guntur.(den/mai/jpg)