BATAM (RIAUPOS.CO) - Berseragam putih merah, 10 murid itu duduk satu baris. Mereka duduk di lantai di lobi DPRD Batam. Persis hanya sekitar 3 meter dari pintu masuk. Buku tulis dan buka bacaan masing-masing di depan mereka. Tentunya pena di tangan kanan mereka.
Ya, mereka sedang belajar. Belajar seperti anak sekolah lainnya yang menimba ilmu di gedung nan nyaman. Mungkin juga megah. Mereka adalah murid SD Melati Indah di Ruli Baloi Kebun, Batamcenter.
Ruang DPRD Batam yang selalu ramai pengunjung membuat mereka tak nyaman. Mata setiap tamu dan pegawai DPRD yang datang ke gedung rakyat itu tertuju ke mereka. Tentunya mengganggu konsentrasi anak-anak tersebut.
Dengan wajah polosnya, setiap mereka berupaya mendengarkan arahan dan pelajaran dari Ibu Novita, guru mereka. Meski pekikan dan suara bising dari para pegawai dan derap langkah dari semua tamu terkadang membuyarkan konentrasi mereka untuk belajar. “Tetap fokus ya anak-anak. Kita ke sini untuk belajar. Hanya di sinilah bisa kita bersatu untuk menimba ilmu,” kata Novita.
Rivel,9, seorang murid kelas IV mengaku sudah tiga hari belajar di DPRD Batam. Selama itu juga ia tidak bisa konsentrasi untuk belajar. “Mau konsentrasi susah pak. Dari depan kita banyak orang yang lewat,” katanya.
Anak yang bercita-cita menjadi TNI tersebut mengaku tetap semangat sekolah meski sekolahnya sudah rata oleh tanah. Baginya tidak persolan mau sekolah di mana, yang penting ia masih bisa berseragam putih merah kebanggaannya.
“Di sini pun tidak apa-apa. Meski memang kami tak bisa konsentrasi. Dan kami masuk angin karena duduk di lantai,” katanya. Ia mengaku sedih sekolahnya kini hanya tinggal nama. Gedungnya sudah tidak ada. “Kami masih ingin terus sekolah pak,” katanya.
Hal yang sama disampaikan Eka (9), juga anak murid yang masih duduk di kelas IV SD. Ia berharap tidak akan terlalu lama belajar di lantai dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Tanpa papan tulis, meja dan kursi. “Sangat tidak nyaman pak. Tapi sekolah kami tak ada lagi,” katanya polos.
Eka yang bercita-cita menjadi dokter ini berharap ia bisa sekolah dengan fasilitas yang sama yang dirasakan oleh murid lainnya. Bukan sekolah di lantai dan selalu dipelototin banyak orang.”Semua lihatin kami kalau belajar,” katanya.
Kepala sekolah SD Melati Indah, Leonora mengaku proses belajar mengajar untuk anak didiknya akan terus berlangsung hingga ada kebijakan dari pemerintah. Ia berharap agara pemerintah mempunyai solusi agar anak-anak tersebut tidak hilang harapan.
“Kami sudah sejak kamis lalu ke sini. Kami tidak tahu mau belajar di mana lagi. Makanya kami ke sini,” katanya.
Ia mengatakan, awalnya ada sekitar 40 murid sekolah tersebut. Tetapi ada sejumlah anak yang tidak masuk sekolah setelah penggusuran. Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Batam, Aman mengatakan, masalah legalitas lahan tidak boleh menjadi alasan untuk menghambat masa depan anak. Ia mengatakan, semua murid tersebut harus tetap sekolah.
“Pemerintah harus segera bertindak. Tetapi yang paling tepat menurut saya adalah dengan memindahkan anak-anak ini ke sekolah-sekolah terdekat. Mereka harus tetap sekolah,” katanya.
Menurutnya, pihak sekolah Melati Indah harus segera berkoordinasi dengan pihak dinas pendidikan. “Jadi anak-anak tidak boleh terlalu lama belajar seperti ini. Ini sangat bahaya untuk perkembangan mental mereka,” katanya.
Wakil Wali Kota Batam Amasakar Ahmad mengatakan bahwa anak-anak tersebut harus mendapatkan pendidikan yang layak.”anak anak harus terus lanjut sekolah. Tetapi masalah izin dari sekolah akan saya prlajari dulu. Tetapi kenapa sampai digusur, itu karena berada di lahan perusahaan lain,” tambahnya.***
(Laporan ALFIAN LUMBAN GAOL, Batam)