BATAM (RIAUPOS.CO) - Budayawan Riau-Kepri, Rida K Liamsi mendorong terbentuknya forum saudagar Melayu. Dalam hal ini, pengusaha Melayu di Indonesia, Singapura dan Malaysia diharapkan masuk di dalamnya. Sebagai motornya, didorong pengusaha Malaysia dan Brunai Darussalam. Sehingga ke depan, dapat mendorong Tamaddun Melayu dan warisannya lebih besar.
Dorongan itu disampaikan Rida K Liamsi, saat dialog Kawasan Selatan yang diselenggarakan Pemko Batam, dalam rangka HUT Batam, Sabtu (5/12/2015). Diingatkan Rida, Tamaddun Melayu dan warisannya, masih bertahan namun sulit menjadi besar, hingga perlu ekonomi untuk menopangnya.
"Sebagai rumpun yang besar, tidak ada salahnya membuat Forum Saudagar Melayu. Semua para pengusaha Melayu di Indonesia, Singapura, Malaysia bergabung di forum ini. Saya pikir Malaysia bisa jadi penggeraknya berkolaborasi dengan Brunei Darussalam," kata Rida.
Diingatkannya ini untuk terus mempertahankan keberadaan Tamaddun Melayu itu agar tidak hilang dilindas globalisasi, hingga perlu ditegakkan pancang kebudayaan. Pancang dimaksud, sebagai tempat proses dan kelanjutan keberadaan Tamaddun Melayu itu bersandar, rujuk, berlindung dan membangun kebersamaan.
"Tamaddun sebuah bangsa bisa bertahan, besar dan bermartabat, jika ditopang kekuatan kekuasaan yang besar, seperti politik, ekonomi, sosial budaya," ungkap Rida. Diingatkannya, budaya Melayu sampai sekarang masih dapat dirasakan karena saat
perkembangannya didukung kekuatan tersebut yang bertahan lebih dari tujuh abad. "Kekuatan dan kekuasaan kemaharajaan Melayu itulah yang kemudian mewariskan
tamaddun besar dan menyumbang banyak tradisi," imbuhnya.
Dialog Kawasan Selatan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Batam dalam
rangka HUT Batam, untuk memunculkan kembali beberapa gagasan, mempersatukan
rumpun Melayu. Persatuan diharapkan tergaung dalam kekuatan ekonomi, politik maupun sosial budaya seperti pada saat kejayaaan kerajaan Melayu.
Selain Rida, hadir juga sebagai pembicara Ketua LAM Riau AL Azhar, Budayawan Kepri Samson Rambah Pasir, Ketua 1 Gapena rangkap profesor warisan universiti Malaysia Kelantan, Abdul Latif bin Abu Bakar, sastrawan angkatan 50, Pitchay Gani Aziz, Satia usaha Satu Gapena Malaysia Hamzah Hamdani, PPPBM Malaysia, Salleh Hashim, Ketua Gapena Zainal Abidin Borhan dan sastrawan angkatan 50 A Samat Ali.
"Melayu merupakan budaya yang sangat besar. Kalau bahasa, ini bisa menjadi bahasa internasional karena tidak kurang dari 350 juta penggunanya. Jadi bukan tidak mungkin ini bisa terwujud dan menjadi besar," katanya.
Laporan: RPG
Editor: Fopin A Sinaga