SIAK (RIAUPOS.CO) - PEMKAB Siak menargetkan pada 2024 angka stunting di kabupaten tersebut turun menjadi 14 persen. Untuk mencapai target tersebut, tentu diperlukan kerja keras dan kerja sama semua pihak.
Hal tersebut disampaikan Bupati Siak saat membuka rembuk stunting tingkat Kabupaten Siak tahun 2022 di ruang rapat Raja Indra Pahlawan Kantor Bupati Siak, akhir pekan lalu.
"Alhamdulillah, pada 2021 kita berhasil menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 19 persen setelah sebelumnya pada 2019 sempat tinggi sebesar 27,29 persen," jelas Bupati.
Berdasarkan data sistem aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) bulan penimbangan Agustus 2021, jumlah balita stunting di Kabupaten Siak 2.000 balita dengan kategori pendek berjumlah 1.491 dan 599 balita dengan kategori sangat pendek.
“Angka ini nomor 2 terendah se-Provinsi Riau setelah disusul Kota Pekanbaru 11 persen. Tentu ini patut kita apresiasi, suatu kebanggaan dan ini tidak terlepas kerja keras kita semua," ucap Bupati.
Bupati juga menjelaskan angka tersebut berdasarkan data survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, secara nasional tingkat prevalensi stunting di Indonesia berada pada angka 24,4 persen, di mana Presiden menargetkan prevalensi stunting dalam RPJMN pada tahun 2024 sebesar 14 persen dan provinsi 18 persen.
Menurut Bupati, mengatasi stunting dibutuhkan data yang valid, lalu hal yang menjadi persoalan penyebap stunting di antaranya rendahnya pemahaman terhadap asupan gizi, serta akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil maupun balita di puskesmas dan posyandu.
"Data yang saya terima dari Dinas Kesehatan ada 208 posyandu yang tak aktif. Yang aktif hanya 48 posyandu. sebenarnya ini tugas camat, camat tak pernah turun melihat kegiatan posyandu. Ingatkan kepala puskesmasnya, penghulunya. Ini perlu dipetakan, nanti kita buat rapat khusus dengan para camat," imbuhnya.
Ketua Tim Koordinasi penanganan stunting Kabupaten Siak Wan Yunus mengatakan stunting disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa penyebab stunting adalah pola asuh yang kurang optimal, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi serta kurangnya asupan gizi yang kuat sebelum dan selama kehamilan.
Hal ini didukung oleh fakta bahwa 60 dari anak usia 0- 6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif dan 2 dari 3 anak usia 6-24 bulan tidak mendapatkan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) yang optimal.
Pada kesempatan itu, Bupati Alfedri menandatangani komitmen untuk percepatan penurunan stunting di Kabupaten Siak oleh seluruh pihak terkait.(hen)
Laporan MONANG LUBIS, Siak