PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sama dengan profesi lain yang disarankan harus dikerjakan di rumah, para seniman di Riau juga banyak yang tinggal di rumah. Di Pekanbaru, pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat semuanya sangat terbatas.
Hal ini dialami juga oleh kartunis Riau, Furqon LW. Dia lebih memilih berada di rumah di siang hari mengikuti protokol yang dianjurkan pemerintah dan melakukan aktivitas menyesuaikan dengan kondisi, termasuk berkesenian.
"Ya, saya masih terus berkarya. Kebetulan saya kartunis yang kebanyakan memang dibuat di rumah," jelas Furqon kepada Riaupos.co, Selasa (28/4/2020).
Furqon menjelaskan, merebaknya wabah virus corona (Covid-19) di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, memang hampir membuat semuanya hancur. Secara ekonomi, ini dialami semua orang. Termasuk para seniman, budayawan, dan sastrawan.
Walaupun kartun-kartun yang dibuatnya selama ini kebanyakan tidak untuk komersil secara langsung, namun dalam kondisi normal dia sering menerima job atau pesanan kartun, karikatur, atau komik. Sekarang semua side job itu hilang karena mungkin orang atau lembaga yang biasanya memesan juga terdampak.
"Tapi alhamdulillah saya masih diuntungkan dengan kondisi bahwa saya karyawan tetap sebuah perusahaan media. Bagaimana dengan teman-teman yang selama ini memang murni bekerja sebagai seniman? Pasti lebih susah. Pada kondisi pandemi dan PSBB sekarang, side job tersebut hampir tak ada. Atau tepatnya memang tak ada sama sekali," jelas pendiri Sindikat Kartunis Riau (SiKari) tersebut.
Peran Pemerintah Provinsi Riau terkait seniman pada kondisi pandemi corona sekarang, kata Furqon, belum terlihat. Beberapa program seni budaya yang terjadwal sebelum pandemi, kini menggantung. Beberapa waktu lalu, katanya, ada bantuan sembako untuk seniman, tapi itu diinisiasi Dewan Kesenian Riau (DKR) dan sifatnya temporer untuk sekali kondisi darurat.
Furqon mengusulkan, mungkin pemerintah bisa memodifikasi program-program seni budaya yang tertunda di tengah jalan, atau yang sudah terprogram tapi belum jalan, dimodifikasi menjadi program-program yang sesuai dengan tuntutan kondisi seperti sekarang.
Katakanlah misalnya Dinas Kebudayaan, Taman Budaya, DKR, Dinas Pariwisata, dan Dinas Pendidikan bersinergi program yang melibatkan seniman budayawan. Lalu output-nya bisa menjadi pembelajaran daring para siswa yang belajar di rumah.
"Saya membayangkan andai itu bisa, akan banyak kegiatan seni budaya yang bisa dilakukan. Dengan begitu seniman juga terbantu secara bermartabat dan output program-program tersebut juga sesuai dengan tuntutan kondisi sekarang," katanya lagi.
Furqon menjelaskan, selain bantuan sembako dari DKR beberapa waktu lalu, hingga kini Pemprov Riau belum memberikan bantuan apa pun kepada seniman, budayawan, atau sastrawan. Baik itu bantuan berupa program yang dikerjakan para seniman maupun program jaring pengaman sosial secara langsung.
"Program-program darurat bencana yang dibuat pemerintah sekarang tidak khusus menyasar profesi, tetapi secara umum. Jadi ya seniman ada di dalam itulah," jelasnya lagi.
Tersebab belum ada yang khusus menyasar program seni budaya tersebut, sebagai pelaku seni dan melihat kondisi kehidupan kesenian sekarang, dia mencoba mengusulkan agar ada kebijakan berupa program-program yang melibatkan seniman, budayawan, dan sastrawan agar mereka bisa berkarya dan mendapat insentif dari sana.
"Saya mengusulkan kepada para pengemban amanah di legislatif dan eksekutif, harus berani membuat kebijakan," jelas ayah dua anak ini.
Sebagai kartunis, Furqon sudah menerbitkan beberapa buku, yakni riAaauuu.., Negeriku (Parade Kartun dan Karikatur Furqon LW 1999-2003), Kumpulan Kartun Opini Riau Pos Grup 2004-2005, dan Riau Bustanul Kartun (Kumpulan Kartun Pilihan 2008-2017). Dia kini dia mengelola laman www.elwecartoon.id.
Laporan/Editor: Hary B Koriun