Teater Selembayung Arak "Situs" Keliling Riau

Seni Budaya | Minggu, 28 Maret 2021 - 11:01 WIB

Teater Selembayung Arak "Situs" Keliling Riau
Wajah aktor ’Situs’ dalam berbagai ekspresi

Para aktor menarik penonton ke panggung dan mengajak mereka melakukan kontak langsung lewat tatapan mata. Musik mengalun. Syahdu. Kontak mata antara aktor dan penonton yang berlangsung selama lima menit itu, seakan mengisyaratkan sesuatu. Sesuatu yang tak terkatakan. Saat pertunjukan karya berjudul “Situs” mengalir hingga usai.

(RIAUPOS.CO) - GELAR karya “Situs” produksi Lembaga Teater Selembayung telah digelar di dua kota pada akhir pekan lalu, Sabtu (13/3/2021) di Kota Dumai dan Ahad (14/3/2021) di Bagansiapiapi. Gelar karya dengan sutradara Fedli Azis itu merupakan program tahunan Teater Selembayung bertajuk Mengarak Teater yang telah berlangsung sejak 2007 hingga saat ini.


Program Mengarak Teater tahun ini difokuskan keliling Riau. Di awali di Kota Dumai dan Bagansiapiapi. Minimal, sebelum masuk bulan suci Ramadan, masih terus berlanjut ke kabupaten lainnya. Paling tidak, sudah ada beberapa pihak yang bersedia untuk bekerja sama seperti di Rokan Hulu, Pelalawan, Kampar, Kuansing, dan Siak. Hal ini disampaikan Pimpinan Produksi Rina Nazaruddin Entin (NE), Sabtu (20/3) kemarin.

“Sebenarnya, di 2020-2021 ini, kami mengagendakan keliling Jawa, karena sebelumnya, 2019 sudah keliling Sumatera. Sayangnya, pandemi melanda, maka semua agenda batal dan belum jelas sampai kapan berakhir. Untuk itu, karena kami tak mau dikalahkan kondisi tak menentu ini, kami agendakan untuk keliling Riau, sembari menaja workshop sebelum karya digelar,” ulas Rina yang juga sutradara teater.

Agenda di Kota Dumai, Lembaga Teater Selembayung bekerja sama dengan Dewan Kesenian Dumai selaku penyelenggara. Di saat yang sama, melalui Komite Teater-nya, DK Dumai menaja workshop 32 jam untuk para guru se-Kota Dumai. Setelah workshop digelar dengan beberapa narasumber, salahsatunya Fedli Azis, para peserta langsung disuguhkan dengan karya “Situs”.

Ketua Umum DK Dumai, Iwang, menjelaskan, tahun ini pihaknya memang mengagendakan workshop untuk semua percabangan seni. Kali ini, workshop teater dan kebetulan, Lembaga Teater Selembayung punya hajat ke Dumai. “Ini dia gayung bersambut, dan workshop teater di masa awal kepemimpinan saya di DK Dumai jadi istimewa. Kami berterima kasih Teater Selembayung sudi berkunjung ke Dumai untuk kedua kalinya,” papar Iwang panjang lebar.

Sementara itu, di Bagansiapiapi, Teater Selembayung disambut Asosiasi Seniman Riau (Aseri) Korda Rohil. Lebih istimewanya, pada hari yang sama digelar Pengukuhan Aseri Korda Rohil langsung oleh Ketua Aseri Marhalim Zaini.

Rina NE menambahkan, seperti biasa, Lembaga Teater Selembayung menjalankan program Mengarak Teater secara mandiri. Tidak mendapat support memadai selain menggunakan dana sendiri dan bantuan beberapa donatur yang senantiasa mendukung agenda-agenda komunitas teater satu ini.

“Untuk menjalankan program ini kami menggunakan dana sendiri, dan support dari beberapa donatur yang sudi mengulurkan sedikit rezekinya untuk kesenian. Alhamdulillah dan kami sangat berterimakasih untuk itu,” aku Rina.

 

Situs Konsep Terbaru
Sutradara karya “Situs” Fedli Azis menyebut, karya ini telah diproduksi sejak 2016 silam. Telah pula digelar di sebagai perhelatan seperti festival dan semacamnya di beberapa di Indonesia. Menariknya, setiap kali produksi ini dimainkan, senantiasa terbarukan, atau menggunakan konsep terbaru dan berbeda dengan konsep sebelumnya.

“Situs” produksi 2020-2021 ini, diawali pada helat tajaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bertajuk Djakarta Teater Platform. Lembaga Teater Selembayung mendapat kehormatan bersama lima (5) grup teater lainnya untuk mempresentasikan karyanya di depan publik teater, komunitas berbagai negara maupun para promotor seni pertunjukan dunia.

Setelah helat itu, “Situs” terus diproses dan dibongkar, kemudian dibangun kembali dengan konsep penciptaan terbarukan. Meski bentuk dan kajian dalam karya terus mengalami inovasi, namun tetap mempertahankan gagasan awal penciptaan, yakni berangkat dari keresahan atas keserakahan manusia yang tak pernah jenuh merusak tubuh “ibu”-nya, bumi.

“Karya ini senantiasa berkembang dan mungkin takkan selesai. Ya, sesuai dengan ke-absurd-an hidup dan kehidupan yang dianugerahkan pada manusia,” ujar Fedli.***

 

Laporan, KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook