FESTIVAL BERBASIS BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN KESEJAHTERAAN

Sound of Rimbang Baling

Seni Budaya | Minggu, 31 Juli 2022 - 11:27 WIB

Sound of Rimbang Baling
Tepian Sungai Subayang yang dangkal menjadi lokasi tari massal dalam iven Festival Subayang, belum lama ini. (ISTIMEWA)

Ketua panitia Festival Subayang, Rega, menyebutkan, ada 100 tenda yang disediakan untuk peserta. Seluruh tenda disewa dari para penyewa atau anak-anak muda setempat yang memiliki perentalan alat-alat outdoor.

“Ada 100 tenda yang kami sediakan untuk peserta. Semuanya disediakan oleh panitia dengan memanfaatkan atau memberdayakan pengusaha muda alat-alat outdoor di Kampar Kiri Hulu dan sekitarnya,” kata Rega.


Adapun komunitas perental alat outdoor tersebut, antara lain, Gemavillage Adventure, Senja Subayang  Rimbangbaling Adventure, Irya Camp, dan Basecamp subayang. Seluruh tenda sudah terpasang sejak Kamis dan akan dibubarkan Minggu.

“Alhamdulillah, kami senang, bahkan menunggu-nunggu iven Festival Subayang ini, karena sebagai pengusaha lokal alat-alat outdoor kami sangat terbantu. Kami merasa diberdayakan, dilibatkan, dan diberi peluang. Festival Subayang keren, memberdayakan masyarakat setempat sehingga dampak ekonominya jelas,” kata Oby Fernando, owner Senja Subayang.

Pesta Ikan Lubuk Larangan
Salah satu iven paling dinanti dalam Festival Subayang adalah Bongkar Lubuk Larangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kedua, Sabtu 16 Juli 2022, tepatnya di Desa Gema, Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.

Bongkar Lubuk Larangan ini awalnya direncanakan di Desa Tanjung Belit. Tapi karena kondisi air Sungai Subayang kurang bersahabat atau keruh, maka dipindah ke Desa Gema, yaitu Lubuk Larangan milik pemuda di sana.

“Awalnya kita merencanakan Bongkar Lubuk Larangan ini di Desa Tanjung Belit. Tapi karena Sungai Subayang kurang bersahabat, akhirnya dipindah ke Desa Gema. Alhamdulillah lancar jaya,” kata Kasmono, salah satu panitia Festival Subayang dengan riang.

Prosesi bongkar lubukpun dimulai pukul 14.00 dan dibuka oleh ketua pemuda Desa Gema, Mastur. Setelah dibuka Mastur, masyarakat bersama ratusan peserta Festival Subayang turun ke sungai dan menangkap ikan.

Ada yang menggunakan jala, ada juga dengan cara menembak. Ada yang langsung masuk ke sungai, ada yang memilih bersiap di atas perahu. Sungai yang awalnya tenang, jadi bergemuruh dan ramai. Kegembiraan bongkar lubuk begjtu terasa sampai akhirnya ditutup oleh Imam Masjid,  Kaharuddin dengan doa.

Maulana, salah seorang peaerta asal Kota Pekanbaru. Hadir dan.menyaksikan Bongkar Lubuk Larangan dengan ikan-ikan segar, baginya sangat istimewa. “Ini festival yang tak biasa. Festival budaya yang menurut saya istimewa, bisa ikut tangkap ikan ramai-ramai di sungai. Meski panas, angat menyenangkan,” katanya.

Tari Massal Atas Air dan Pacu Bagalah
Bongkar Lubuk Larangan merupakan pertunjukan budaya yang bisa disaksikan oleh pengunjung, bahkan pengunjung bisa langsung ikut serta menangkap ikan di Lubuk Larangan. Selain bongkar lubuk, Festival budaya lain yang bisa disaksikan adalah Pacu Bagalah. Ini hanya untuk masyarakat dan diperlombakan.

Pacu Bagalah yaitu lomba atau berpacu sampan di Sungai Subayang dengan menggunakan  atau kayu panjang. Sungai Subayang, jika musim kemarau airnya rusak alias sungainya dangkal. Maka masyarakat menggunakan perahu sebagai alat tranportasi dengan menaiki perahu tapi didayung dengan galah. Galah sampai ke dasar sungai, lalu sampan terdorong ke depan. Budaya masyarakat ini kemudian disajikan dalam Festival Subayang dalam bentuk perlombaan.

Selain Pacu Bagalah, panitia juga mempertontonkan pertunjukan tari massal di atas air di Sungai Subayang. Tarian ini menarik perhatian masyarakat dan seluruh pengunjung yang datang ke sana. Seluruh pertunjukan atau kegiatan dilakukan di waktu yang bersamaan tapi di tempat yang berbeda-beda. Artinya, pengunjung dipersilakan memilih bagian mana yang hendak ditontonnya dalam festival tersebut.

Begitu juga dengan pertunjukan seni lain seperti tari, musik, pembacaan puisi dan lainnya yang dipentaskan di atas panggung utama Panggung. Pengisi pertunjukan seni ini bukan hanya dari Kampar, tapi juga Pekanbaru, Rohil dan masih banyak lainnya.***

Laporan KUNNI MASROHANTI,  Kampar









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook