Diskusi pada hari kedua menghadirkan tiga nara sumber, yakni, Kepala Balai Bahasa Riau Drs Umar Solikhan MHum, Dantje S Moes selaku seniman dan perupa yang karya-karya lukisnya tercantum dalam Buku Calung Penyukat serta Kunni sendiri selaku penulisnya. Diskusi menjadi hangat ketika bahasa Melayu yang banyak ditemukan dalam buku tersebut menjadi fokus pembicaraan. Hal itu sesuai dengan tema yang diusung yakni Diksi Melayu dalam Calung Penyukat.
‘’Buku Calung Penyukat ini sangat banyak kosa kata Melayu yang saya sendiri tidak mengerti artinya. Ini sebagi salah satu contoh buku yang secara tidak langsung menunjukkan peran penulisnya atau penyairnya yang menjaga Bahasa Melayu itu sendiri dalam karya-karyanya. Beginilah seharusnya sastrawan, menjaga dan menjalankan salah satu fungsinya yakni memelihara bahasa,’’ ujar Umar Solikhan.
Kerjasama dengan Balai Bahasa, Yayasan Sagang dan Dinas Kebudayaan
Kunni Masrohanti selaku Pembina dan pimpinan Rumah Sunting juga menjelaskan, Nakjil Puisi selama dua hari yang diwarnai dengan diskusi sastra tersebut bisa terlaksana berkat dukungan Balai Bahasa Riau melalui salah satu programnya yakni Pembinaan Komunitas Literasi. Begitu juga dukungan dari Yayasan Sagang dan Dinas Kebudayaan Riau yang telah menyediakan tempat sebagai lokasi pelaksanaan.
‘’Saya merasa bersyukur karena Balai Bahasa Riau memasukkan kegiataan ni dalam program Pembinaan Komunitas Literasi yang mereka punya. Ini menunjukkan Balai Bahasa Riau selalu memperhatikan dan mendorong kemajuan dan pertumbuhan komunitas sastra di Riau. Semoga ke depan kerjasama seperti ini akan terjalin kembali. Begitu juga dengan Yayasan Sagang yang membuat panggung Tadarus Puisi kami menjadi bergelora. Dan tentunya Dinas Kebudayaan Riau yang telah mengizinkan kami berkegiatan ini tempat yang indah ini,’’ kata Kunni lagi.
Selama dua hari berkegiatan, selalu diakhir dengan buka bersama. Sedangkan pada hari kedua dilanjutkan dengan Tadarus Puisi. Panggung yang dibuat di tempat terbuka dengan menggunakan kain putih, menjadi lebih indah karena menyerupai perahu. Sedangkan rumah-rumah panggung yang sudah tersedia di sana, dilengkapi dan diterangi dengan puluhan lampu badai di setiap sisinya. Makan bersama dan Tadarus Puisi tahun ini menjadi lebih sempurna dengan hadirnya penyair-penyair Riau seperti Kazzai Ks, Bambang Kariyawan, Fakhrunnas MA Jabbar, Muhammad De Putra, Temol Amsal, Dantje S Moeis, kartunis Riau Furqon Elwe, Eko Ragil dan komunitas lain seperti FLP, FLR, Latah Tuah, Competer, Batra, pemusik Najuharaus, sudut Pelangi dan masih banyak lainnya. Mereka bergiantian membaca puisi, musikalisasi puisi sejak sehabis terawih hingga tengah malam.***