Hasil-hasil pendokumentasian lewat film-film pendek tersebut diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi generasi saat ini maupun generasi yang akan datang. Pembelajaran melalui media audio visual akan menarik jika disajikan dalam bentuk dokumentasi film yang juga dirancang dan diwujudkan dalam penyampaian yang menarik.
“Film merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan media rekam sebagai alat untuk menyampaikan dan mewujudkan gagasan. Dari aspek fungsi film juga dapat berfungsi sebagai media informasi, pendidikan dan dokumentasi. Melalui karya film tersebut, diharapkan apresiasi generasi muda terhadap keanekaragaman dan penanaman nilai positif dalam kebudayaan dapat terwujud,” ujar Zulkarnain.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan para generasi muda tentang Warisan Budaya Tak Benda, seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mana menempatkan masyarakat sebagai pemilik dan penggerak kebudayaan. Masyarakat sebagai pelaku aktif kebudayaan, dari tingkat komunitas hingga industri serta merupakan pihak yang paling akrab dan paling paham tentang kebutuhan dan tantangan untuk memajukan ekosistem kebudayaan.
Zulkarnain Al Idrus
Dengan kegiatan ini, Disdikbud Siak berharap lahir para sineas handal di Siak sebagai upaya melestarikan budaya melayu. Lalu bisa meningkatkan pemahaman masyarakat dan para generasi muda tentang Warisan Budaya Tak Benda. Kemudian sebagai media pembelajaran untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang, dan bisa menjadi media yang memperkenalkan seni daerah, mempromosikan, dan menyebarluaskan produk karya seni daerah khususnya film yang bernuansa Melayu di Kabupaten Siak.
Ada beberapa subtema yang dipilih oleh peserta dalam festival ini dengan tema besar Warisan Budaya Tak Benda di wilayah Kabupaten Siak. Yakni bisa berupa tradisi lisan, manuskrip, adat-Istiadat, ritus, seni, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, bahasa, permainan rakyat, juga olahraga tradisional.
Menurut lelaki yang suka menulis pantun ini, dunia film di Siak lumayan hidup dengan para penggerak anak-anak muda seperti Vicky Dawingga, Deni Irawan, Deri Agnes, Ryan Ronald, Joko Saputra, Arman Agusta, Wak Salim, Dewi Citra Lestari, dll. Umumnya mereka adalah para kreator yang mengunggah video mereka di media sosial. Tak semua dari mereka tinggal di Kota Siak Sriindrapura. Mereka tinggal di beberapa kecamatan seperti Sungai Apit, Tualang, Mempura, Pusako, dan kecamatan lainnya.
“Ini memperlihatkan bahwa geliat sinematografi di Siak merata di semua kecamatan,” jelas Zulkarnain lagi.
Untuk bisa mengadakan festival ini, dia bekerja keras meyakinkan atasannya karena banyak yang menganggap festival seperti ini kurang banyak peminatnya. Namun dengan keberhasila festival ini –dengan jumlah peserta yang relatif banyak dan menyebar di hampir semua kecamatan— dia yakin festival ini akan didukung penuh oleh Pemkab Siak.
***
RYAN Ronald Saputra mengucapkan syukur saat film yang disutradarainya, Tonong, menjadi juara I Festival Film Pendek Siak 2022 ini. Acara penyerahan hadiah berlangsung seusai upacara peringatan Hari Jadi Kabupaten Siak pada Rabu (12/10/2022). Bupati Siak, Drs H Alfedri MSi, yang langsung menyerahkan hadiah kepada para pemenang, termasuk kepada Ryan dkk.
Ryan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam lahirnya film Tonong tersebut. Mereka adalah para kru yang terdiri dari pemain, penulis naskah, kameramen, dan lainnya. Menurutnya, kerja bersama ini cukup berat dan melelahkan, tetapi terobati dengan terpilihnya Tonong menjadi juara I. Secara khusus Ryan juga mengucapkan terima kasih atas dukungan pihak Pemerintah Kampung Tualang, yakni Kepala Kampung Juprianto SSos M IP. Kemudian anggota DPRD Siak Dapil Tualang, Zulkifli SSos MSi dan H Musar SH, yang selama ini selalu mendukung kreativitas Intan Payung Studio dan dirinya secara pribadi dalam menghasilkan karya.
“Kami memang harus bekerja keras dalam pembuatan film Tonong ini. Lumayan berat karena yang kami buat tentang kebudayaan Melayu. Harus detil dalam riset agar tak terjadi kesalahan,” jelasnya kepada Riau Pos, Selasa (12/10/2022) lalu.
Menurut lulusan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning tahun 2019 ini, festival ini sangat membantu menggairahkan kembali dunia perfilman Siak setelah ambruk akibat pandemi corona. Menurutnya, nyaris tak ada kegiatan di saat wabah itu berlangsung karena semuanya harus dikerjakan dan dilakukan di dalam rumah. Ryan dan kawan-kawan juga tak banyak melakukan kegiatan selain sekali-kali membuat konten untuk media sosial. Dengan banyaknya peserta yang ikut festival dan lomba ini, menurutnya, merupakan langkah awal yang sangat besar untuk kemajuan dunia film Siak, juga Riau. Bahkan dia sangat salut dengan beberapa peserta yang masih sekolah setingkat SMTA yang sudah membuat film pendek.
Ryan juga memuji panitia yang dengan baik menyelenggarakan festival ini. Mulai dari informasi yang jelas, respon yang cepat ketika panitia meminta penjelasan berbagai hal, syarat dan aturan yang sangat tegas, sudah mirip festival tingkat provinsi maupun nasional.
“Semuanya sudah bagus dan hadiahya cukup besar. Harapan kami para sineas ini, kalau bisa dalam penyelenggaraan selanjutnya kategorinya ditambah selain film terbaik. Mungkin ada kategori sutradara terbaik, penulis naskah terbail, aktor dan aktris terbaik, dan kategori lainnya. Ini hanya masukan,” jelas lelaki 29 tahun ini.
Ryan menjelaskan, Intan Payung Studio yang dia Kelola, sebenarnya bergerak di bidang jasa foto dan video pernikahan dan pembuatan company profile sejak tahun 2016. Namun selain kegiatan rutin itu, dia bersama teman-temannya juga sering membuat konten untuk media sosial, juga beberapa film. Beberapa filmnya antara lain Secercah Cinta di Tanah Rokan yang menjadi juara harapan I pada Festival Film Pendek Pariwisata Riau 2021. Film lainnya adalah Pikat, yang meraih juara harapan II pada Festival Film Pendek Pariwisata Riau 2022. Tonong adalah film ketiganya yang meraih penghargaan. Di luar itu ada beberapa film yang dibuat yang tidak diikutkan dalam festival atau lomba.
Dalam film Tonong ini, Ryan sangat terbantu dengan kinerja penulis skenario Hermanto Tuah Tualang yang juga ikut bermain dalam film ini, Director of Photography Vinza Pramana Putra dan kru lainnya, juga para pemain seperti Retha Renielti, Puan Erni Rasyd, Ajib Hanum Prianda, Tarmizi, Raina, dll.
“Bagi kami, ini pencapaian besar, karena diraih dari kerja keras semua orang yang terlibat,” jelas Ryan lagi.
Bupati Siak, Drs Alfedri, sangat antusias dengan festival ini. Orang nomor satu di salah satu kabupaten yang lahir di era Reformasi ini terkejut dengan banyaknya peserta yang ikut. Menurutnya, untuk daerah kabupaten seperti Siak, ada 18 film yang ikut dalam festival ini, sangat banyak. Itu menandakan dunia sinematografi di Siak sudah maju. Apalagi peserta banyak yang berasal dari kampung/desa di berbagai kecamatan. Dia berharap festival ini terus diselenggarakan di masa datang dengan peningkatan mutu dan dan berharap pesertanya semakin banyak.
“Ini kegiatan yang luar biasa dan sangat positif bagi dunia anak muda dan kesenian di Siak. Saya mendukung kegiatan ini dan ke depan harus diselenggarakan lagi. Semoga semakin banyak pesertanya dan juga kualitasnya,” ujar Alfedri saat memberikan hadiah kepada para peserta.
Ini sebuah tantangan bagi para sineas di Siak untuk terus berkreasi dan inovasi. Juga bisa menjadi contoh bagi kabupaten/kota lain di Riau untuk menyelenggarakan kegiatan yang sama agar dunia film di Riau terus bergelora dan menghasilkan para sineas dan film yang berkualitas.***
Laporan HARY B KORIUN, Siak