Iran Larang Festival Film Pendek Usai Tampilkan Poster Aktris Tanpa Hijab

Internasional | Senin, 24 Juli 2023 - 23:35 WIB

Iran Larang Festival Film Pendek Usai Tampilkan Poster Aktris Tanpa Hijab
Poster ISFA Awards yang ke-13. (INSTAGRAM ISFA.INSTA)

TEHERAN (RIAUPOS.CO) - Pihak berwenang Iran telah melarang sebuah festival film yang mengeluarkan poster promosi yang menampilkan seorang aktris yang tidak mengenakan jilbab. Keputusan untuk melarang film tersebut datang langsung dari Menteri Kebudayaan Iran Mohammad Mehdi Esmaili. Pemutaran film tersebut dijadwalkan akan diadakan pada September.

Kantor berita AFP melaporkan bahwa Esmaili melarang penyelenggaraan Asosiasi Film Pendek Iran (ISFA) yang ke-13 setelah sebuah poster film 'The Death of Yazdguerd' (1982) yang menampilkan aktris Susan Taslimi tanpa hijab.


"Menteri kebudayaan secara pribadi telah mengeluarkan perintah untuk melarang Festival Film ISFA edisi ke-13, setelah menggunakan foto seorang wanita tanpa jilbab di posternya yang melanggar hukum," kantor berita pemerintah IRNA melaporkan.

Perempuan di Iran diwajibkan oleh hukum untuk menutup kepala mereka dengan menggunakan hijab di depan umum. Undang-undang ini diperkenalkan setelah Revolusi Islam 1979 di Iran di mana para ulama konservatif mengambil alih negara tersebut setelah menggulingkan monarki yang liberal dan pro-Barat.

Namun, sejak September 2022, Iran diguncang oleh aksi protes yang sebagian besar dipimpin oleh perempuan yang menentang pemberlakuan hijab oleh negara. Protes ini dimulai setelah Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun dari etnis Kurdi, meninggal dunia dalam tahanan polisi moralitas Iran. Ia ditahan atas dugaan pelanggaran hukum hijab saat ia keluar bersama saudara laki-lakinya.

Selama berbulan-bulan, protes meletus di seluruh Iran yang menjadi tantangan terbesar bagi rezim selama ini. Meskipun kini telah mereda, dan rezim telah memperkenalkan langkah-langkah baru untuk memeriksa pembangkangan, aksi-aksi perlawanan individu terus berlanjut.

Awal bulan ini, polisi mengatakan bahwa patroli telah diluncurkan kembali untuk menangkap lebih banyak wanita yang mengabaikan hukum. Mengenakan jilbab, yang menutupi kepala dan leher, telah diwajibkan bagi perempuan di Iran sejak 1983, tak lama setelah revolusi Islam 1979. Namun, perempuan Iran semakin sering melanggar aturan berpakaian yang ketat sejak protes massal dimulai September lalu yang menyerukan diakhirinya kewajiban berhijab.

Protes yang berlangsung selama berbulan-bulan ini dipicu oleh kematian seorang warga Kurdi Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, yang ditangkap oleh polisi karena diduga melanggar aturan berbusana Islam yang ketat.

Awal bulan ini, polisi mengatakan bahwa patroli telah diluncurkan kembali untuk menangkap lebih banyak wanita yang mengabaikan hukum. Selain mengenakan hijab, perempuan juga diharuskan untuk tidak mengenakan pakaian yang terbuka dan berbaur dengan lawan jenis di tempat umum juga diatur.

Sejak September 2022, ratusan pengunjuk rasa telah terbunuh dan beberapa tokoh terkenal, termasuk olahragawan dan aktor, telah melepaskan hijab sebagai bentuk protes atau menunjukkan solidaritas kepada para pengunjuk rasa dengan cara lain.

Rabu pekan lalu, aktris terkemuka Afsaneh Bayegan menerima hukuman penjara dua tahun yang ditangguhkan karena tidak mengenakan jilbab di sebuah acara publik, lapor AFP. Sementara itu, Digikala, sebuah perusahaan e-commerce besar, juga sedang menghadapi tuntutan hukum karena foto-foto pegawai perempuannya yang tidak mengenakan jilbab.

Tokoh-tokoh terkemuka Iran lainnya yang menentang rezim Iran terkait aturan hijab adalah pemain catur Sara Khadem dan Atousa Pourkashiyan, pemanjat tebing Elnaz Rekabi, pemain skate Niloufar Mardani, penyanyi Shervin Hajipour, dan lain-lain.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook