MANUSIA secara fisik mirip dengan kera, bahkan kelakuannya pun hampir sama: kepo, iseng, rakus, libido tinggi, suka kawin, beberapa di antaranya biseksual, suka makan pisang dan sebagainya. Barangkali karena terpengaruh kemiripan itu, Tuan Charles Darwin (1859) mengemukakan sebuah Teori Evolusi, bahwa manusia itu berasal dari kera.
Namun Teori Evolusi Darwin itu dibantah oleh para ilmuwan melalui pendekatan ilmiah, antara lain dari jumlah kromosom. Kromosom adalah pembawa gen (faktor keturunan) yang terdapat di dalam inti sel (nukleus). Dalam ilmu biologi dipahami, satuan terkecil dari makhluk hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh inti sel. Di dalam inti sel, terkandung substansi genetik yang dikenal sebagai kromosom, begitulah kira-kira.
Kromosom individu pada species yang sama mempunyai jumlah yang sama, misalnya gorila, orangutan, simpanse, kera, kromosomnya sama, yaitu 24 pasang sehingga berjumlah 48. Manusia berkerabat dekat dengan kera atau orangutan, hanya memiliki 23 pasang kromosom sehingga kromosomnya berjumlah 46. Tapi walaupun jumlah kromosomnya lebih sedikit, manusia memiliki akal budi. Dalam hal akal ini, terlihat adanya jurang yang besar antara kera dan manusia, tak terhubungkan oleh daya pikir. Perbedaan ini tidak bisa dijelaskan oleh para ahli, sehingga untuk mudahnya disebut mata rantai yang hilang (missing link).