Bekerja sebagai relawan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) harus tahan banting. Tujuannya hanya ingin anak-anak punya bacaan yang bisa mengembangkan pikiran mereka.
RIAUPOS.CO - FORUM Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) menjalin hubungan dan bekerja sama dengan kalangan pemerintah, salah satunya dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispersip) Provinsi Riau yang kini dijabat oleh Dra Mimi Yuliani Nazir. FTBM dan Dispersip sudah melakukan nota kesepahaman.
Sutriyono menjelaskan, apa yang dilakukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan FTBM sebenarnya menyangkut masalah bacaan masyarakat sampai ke daerah-daerah yang sebenarnya menjadi salah satu tanggung jawab mereka pemerintah (Dispersip). Baru-baru ini FTBM juga sudah melakukan nota kesepahaman dengan Perpustakaan Universitas Riau (Unri).
Selain beberapa perpustakaan pemerintah, FTBM juga mengucapkan terima kasih kepada Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) karena selalu selalu menyuport kegiatan. Dalam beberapa kegiatan “asupan gizi” bagi pengelola TBM selalu didukung oleh mereka sebagai salah satu lembaga terdepan dalam gerakan literasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Selama itu, BBPR juga membantu kegiatan yang mendukung kegiatan TBM dalam bidang pelatihan penulisan. Karena BBPR juga punya programa pelatihan penulisan bidang sastra, misalnya, para relawan TBM banyak dilibatkan dalam pelatihan-pelatihan tersebut sebagai peserta.
Membangun jaringan dengan banyak orang dan lembaga memang harus dilakukan oleh para pengelola TBM maupun para pengurus FTBM. Misalnya dalam mendapatkan donatur buku, FTBM membangun jaringan dengan para pegiat literasi nasional. Biasanya ada pegiat literasi di bidang buku ini di tingkat nasional yang punya buku dan ingin mengirimkan, langsung diberitahu ke para relawan TBM di daerah-daerah. Kebanyakan hanya membayar ongkos kirimnya. Salah satu yang sering mengirimkan bantuan buku adalah salah seorang pegiat literasi yang sudah sangat dikenal, seorang penulis dan mantan wartawan, Maman Suherman.
“Kang Maman kalau dihubungi langsung mengirimkan ke alamat yang kami kirim, tanpa biaya serupiah pun karena beliau juga di-support oleh salah satu perusahaan jasa pengiriman, JNE,” ujar Sutriyono.
Toko buku Gramedia juga membantu dalam menyuport kersediaan buku bagi TBM yang ada di Riau. Mereka memiliki stok buku lumayan banyak yang sudah tidak dijual dan disumbangkan kepada FTBM Riau dan langsung disalurkan kepada TBM yang membutuhkannya.
Selain itu, FTBM Riau juga bekerja sama dengan JNE daerah. Beberapa waktu lalu mereka dapat bantuan tas motor untuk bawa buku. Ini untuk para relawan yang berkeliling membawa buku sampai keluar TBM-nya, masuk ceruk-ceruk kampung. Bantuan ini sangat berguna karena selama ini mereka membawa tas atau kardus. Begitu hujan, kebasahan, akhirnya buku rusak. Tahun 2022 lalu JNE membantu 10 buah dan itu diserahkan langsung kepada para relawan yang membutuhkan yang sudah ada dalam daftar.
Sutriyanto mengucapkan terima kasih kepada para relawan taman bacaan di daerah-daerah, terutama para ibu-ibu, yang sangat militan. Rasa empati dan kepedulian mereka terhadap anak-anal dan masyarakat yang kekurangan bacaan/buku nampaknya lebih besar masyarakat kebanyakan. Misalnya di Pelalawan, FTBM memberikan dua tas dari JNE itu kepada dua orang, satu di Pangkalankerinci dan satu lagi di Ukui. Gara-gara mereka berkeliling, akhirnya mereka membuka 4 TBM lagi. Mereka yang keliling itu buka lapak di keramaian, kadang dari masjid ke masjid, atau di perumahan warga yang anak-anaknya banyak, mereka buka di sana.
“Alhamdulillah, masih banyak orang baik seperti itu yang peduli membantu sesama. Perjuangan mereka luar biasa,” jelas Sutriyono lagi.
Di Riau, sampai saat ini, kata Sutriyono, yang sudah dan akan berafiliasi dengan FTBM ada sekitar 160 TBM. Paling banyak di Indragiri Hilir (Inhil). Padahal ini salah satu daerah tersulit karena banyak sungai, banyak pulau, tetapi para relawan yang memiliki TBM tersebut lebih militan. Keberadaan JNE siap mendukung dalam mengirimkan buku-buku ke seluruh TBM di Riau secara gratis jika ada donatur yang ingin mengirimkan bukunya, sangat membantu perjuangan mereka.
“Saya selalu mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang selalu hadir dalam gerakan ini. Jangan menyerah. Teruslah bergerak dan menggerakkan. Karena energi positif itu akan selalu memberikan hal yang positif,” kata Sutriyono memberi semangat.
***
REDOVAN Jamil adalah salah seorang pegiat literasi, salah satunya dalam bidang taman bacaan masyarakat yang punya pengalaman agak panjang. Dia pernah tinggal di Selatpanjang, Kepulauan Meranti, dalam pengembangan Gerakan Literasi Siswa (GLS) maupun dalam Gerakan Literasi Masyarakat (GLM) di Inhil.
Saat ini Redovan bersama Dompet Dhuafa (DD) Republika mengelola TBM Sehati, sejak Oktober 2022, di RW 02 Kelurahan Industri Tenayan, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Awalnya DD punya program kesehatan di sana sejak pandemi corona, dengan menjadikan daerah tersebut sebagai kawasan sehat. Kemudian DD kembangkan program kesehatan bertambah program pendidikan. Program inilah yang kemudian membuat mereka mendirikan TBM di sana berpusat di Masjid Paripurna Al-Anshor. Di masjid tersebut dibuat TBM.
Di TBM Sehati, DD menggerakkan remaja majid dan perangkat pemerintahan, RT dan RW. Kebetulan, kata Redovan, Pak RW-nya, Syafri, yang juga pengurus ketua masjid, senang dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Apa yang dilakukan DD di sana diterima oleh semua masyarakat, terutama yang berhubungan dengan dakwah dan pendidikan. Anggaran dari masjid pun diberikan untuk membantu kegiatan-kegiatan tersebut. Sebagai lembaga zakat, infak dan sedekah, DD tak bisa jor-joran dalam pendanaan.
“Waktu kami meluncurkan TBM waktu itu, dihadiri oleh Bu Kadispersip, Pak Kepala Balai Bahasa, dan dari perwakilan Wali Kota Pekanbaru,” jelas lelaki kelahiran Padang Benai, 30 tahun lalu tersebut.
Redovan mengaku senang karena anak-anak sangat antusias terhadap kehadiran TBM tersebut meski bahan bacaan masih kurang. DD hadir di sana untuk membantu membangun pendidikan masyarakat, salah satunya lewat TBM, sebaga upaya menumbuhkan minat baca anak-anak. DD langsung yang menyuport buku-bukunya dan mendatangkan relawan dari FTBM untuk membantu SDM relawannya yang rata-rata remaja masjid yang masih SMA, mahasiswa, dan ibu-ibu di daerah tersebut, termasuk Ibu RW.
Pengalaman sebagai pegiat literasi, terutama untuk bacaan siswa dan masyarakat, membuat ayah satu anak ini antusias untuk membantu masyarakat. Sebelum ini dia juga terlibat di Inhil sebagai penasihat dan relawan di Hanfara Library, Tembilahan (pernah mendapatkan penghargaan dari Balai Bahasa Riau sebagai TBM kreatif). Sebelum di Inhil, dia pernah dikirim ke Suku Akit di Kepulauan Meranti dalam Gerakan Literasi Siswa sebagai Konsultan Relawan Sekolah Literasi Indonesia DD (2017-2018). Setahun setelah itu dia mengikuti Program Residensi Pegiat Literasi Nasional yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Pendidikan Kesetaraan dan Keaksaraan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2019. Pada tahun itu juga, dia ikut program literasi dengan mendampingi sekolah sekolah di Inhil. Tugasnya adalah mendorong sekolah untuk membuat pojok baca/ceruk ilmu di kelas dan program Fun Reading Activities, Fun Literacy Activities, dan Ceruk Ilmu.
Diceritakannya, untuk buku-buku, DD membuka donasi. Baik buku bekas maupun membeli dari uang tunai yang didapat dari buka donasi, langsung disalurkan ke TBM yang membutuhkannya. Tahun 2021 DD juga mendapat hibah buku dari Gramedia. Waktu di TBM Hanfara yang di Inhil, DD juga support buku, juga mendapatkan donasi dari pihak lainnya. DD juga mendukung lewat gerobak baca. Gerobak baca itulah yang dipakai untuk kunjungan ke sekolah-sekolah pada Sabtu. Mereka menyurati kepala sekolahnya, setelah itu tim relawan mereka datang sekitar jam 10 setelah mereka selesai senam. Kebetulan hari Sabtu kan proses belajar-mengajar tidak penuh, lebih ke ekstra kurikuler.
Sekitar 1-2 jam relawan berada di sekolah memberikan ruang dan waktu siswa yang mau baca buku, yang belum bisa baca dibacakan oleh relawan. Para relawan dibekali cara mendongeng juga. Kemudian ada yang ngajak bermain mainan tradisional seperti bakiak, gasing, dan lainnya. Biasanya anak-anak SD itu fokus bacanya paling lama setengah jam, setelah itu ngajak main. Mereka memberikan mainan yang edukatif, kebanyakan mainan tradisional masyarakat tempatan yang sudah mulai dilupakan.
Di Pekanbaru, Redovan dan tim DD mencoba juga seperti pola yang pernah dilakukan di Inhil. Mereka akan mendampingi beberapa TBM untuk jangka ke depannya. Mereka juga akan coba cari pola dan formulanya bagaimana agar TBM-TBM yang ada di Pekanbaru bisa didukung dan didampingi, baik berupa buku, juga mencari formula program baca.
“Harapannya begitu, tapi memang belum menemukan formula yang pas. Mudah-mudahan bulan Juli 2023 ini saya akan magang di Lembaga Pengembangan Insani DD di Bogor, di pusat pendidikan DD dan bisa mengaplikasikan progam dari sana untuk di Riau,” ujar alumni Universitas PGRI Sumatera Barat yang juga penulis cerpen ini.
Redovan mengaku senang bisa bergabung sebagai pekerja filantropis. Di awal bergabung di DD sebagai Konsultan Relawan Sekolah Literasi Indonesia Makmal Pendidikan DD, 2017. Kemudian 2018 ditarik ke DD Riau karena kinerja bagus di pedalaman dan diamanahkan sebgai Kepala Cabang Program di Inhil (2018-2021). Tertarik bekerja di dunia filantropi karena sejak kecil hingga mahasiswa senang terlibat di kegiatan sosial. Di berbagai organisasi pun selalu di letakkan pada divisi sosial.
“Barangkali karena kesenangan membantu orang lain dan senang terlibat pada kegiatan-kegiatan sosial maka tertanamlah jiwa senang membantu terhadap sesama. Saya merasa enjoy dengan pekerjaan ini,” ujarnya saat mengakhiri obrolan.***
Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru