MOMENTUM KEMERIAHAN HARI RAYA IDULFITRI

Simpul Kasih dalam Punjungan dan Kunjungan

Seni Budaya | Minggu, 08 Mei 2022 - 11:21 WIB

Simpul Kasih dalam Punjungan dan Kunjungan
Keakraban sesama pemuda mewarnai suasana Idulfitri di Kampung Bandar Sungai, Kecamatan Sabak Auh, Kabupaten Siak, Rabu (4/5/2022). (ISTIMEWA)

Selain kelompok-kelompok ini, kelompok silaturrahmi juga terbentuk berdasarkan usia. Anak sekolah dengan anak sekolah, SD dengan SD, pemuda dengan pemuda dan sebagainya. Orang tua, selalunya berada di rumah menunggu tamu datang. Dan rumah orang tua atau yang dituakan, menjadi prioritas untuk dikunjungi semua kelompok.

Kemeriahan Idul Fitri juga diwarnai dengan serba baru dan kue hari raya yang beragam. Tua muda, semuanya memakai baju baru. Warna warni. Begitu juga dengan kue yang menjadi “bunga” di atas meja atau di atas tikar yang disusun sedemikian rupa oleh tuan rumah. Semuanya terlihat rapi dan bersih. Menyenangkan bagi siapapun yang melihat.


Silaturrahmi atau kunjung mengunjungi ini memang hanya terjadi setahun sekali, saat Hari Raya seperti ini. Selain sebagai ajang silaturrahmi, saling bertemu setelah lama terpisah, juga untuk melihat secara dekat kondisi tetangga yang dikunjungi. Bukan hanya kondisi rumah mulai dari halaman depan hingga belakang, tapi juga kondisi penghuninya. Apakah sehat semua, apakah sudah ada yang berkeluarga, berapa orang sekarang anaknya dan sebagainya. Berbagai pertanyaan akan muncul saat pertemuan ini terjadi.

Karena momen menyambut tamu sekampung ini hanya terjadi setahun sekali, maka sebelum hari H tiba, tuan rumah akan menyempatkan diri untuk membersihkan dan merapikan seluruh bagian rumah. Mulai dari membersihkan rumput di halaman, menyapu dan mengepel lantai, memberihkan kaca jendela, mencuci tabir jendela dan pintu, mengecat dinding, dan semua bagian isi rumah dirapikan. Tidak ada yang ketinggalan. Dengan kata lain, mendesain rumah lama dengan wajah baru.

Rombongan Terakhir
Saat saling kunjung mengunjungi ini terjadi, kelompok terakhir menjadi kelompok paling ditunggu oleh tuan rumah atau mereka yang menerima tamu. Tuan rumah akan tahu dengan sendiri tetangga mana yang sudah atau yang belum datang ke rumahnya. Jika belum datang, akan ditunggu sampai datang. Kecuali ada yang mengabarkan kalau tetangga tersebut memang tidak datang karena berhalangan sakit atau merayakan Idulfitri di tempat lain.

Jika rombongan terakhir sudah datang, sudah duduk dan sudah mencicipi hidangan serta mengucapkan solawat sebagai tanda kunjungan di rumah tersebut berakhir, maka tuan rumah pun bersiap untuk turut berkunjung bersama rombongan itu. Dengan kata lain, rombongan terakhir membawa tuan rumah untuk berkunjung ke rumah berikutnya. Tak heran jika tuan rumah juga tampil dengan keadaan siap yakni baju baru dan dalam keadaan wangi.

Rombongan terakhir ini jumlahnya bisa banyak dan bisa sedikit. Tapi hingga sampai ke rumah terakhir, akan semakin banyak dan ramai, karena setiap rumah yang dikunjungi, tuan rumahnya akan ikut serta. Jika jumlah rombongan sudah terlalu banyak hingga rumah yang dikunjungi dipastikan tidak muat menampung, maka kelompok ini dibagi  menjadi dua. Satu kelompok ke rumah si A dan satu kelompok lagi ke rumah si B.

Jumlah rumah yang dikunjungi cukup banyak. Tak heran jika kunjung mengunjungi ini baru beakhir hingga menjelang magrib. Bahkan kerap kali menyambung hingga malam hari bahkan hingga tengah malam.

Sampai ke Kota
Tradisi memunjung hingga saling kunjung mengunjungi di kampung halaman ini, juga terbawa-bawa hingga ke kota, tempat para perantau. Asiah misalnya, warga yang tinggaldi Panam ini tidak sendiri di Pekanbaru. Selain kakaknya, adeknya juga tinggal di sana. Setiap Ramadan, ia menerima punjungan dari adeknya, begitu juga dia yang memunjung ke rumah kakaknya. Apa yang dilakukan orangtuanya di kampung halaman, juga dilakukannya di Pekanbaru sebagai tanda ingat dan jalinan kasih yang lebih erat sesame saudara.

Selain kakak, Asiah juga mengantar punjungan kepada keluarga lain yang dianggap orang tua atau masih ada hubungan dengan orangtuanya. Misalnya keponakan ibunya atau saudara dekat ibunya yang lain. Kakak sepupu juga akan menerima punjungan yang sama. Selalu ada waktu dan disempatkan untuk membuat makanan dan diantarkan meski sehari-hari sibuk berkerja.

Saling mengunjungi sesama saudara ini juga dilakukan. Bahkan bukan hanya di Pekanbaru, tapi juga di kota/kabupaten lain. Sisa masa libur Idulfitri dimanfatkan untuk saling mengunjungi saudara yang tinggal di tempat yang jauh dan jarang bertemu. Bagi saudara yang jauh dan tidak mungkin dikunjungi, akan dihubungi melalui telepon genggam atau melalui media sosial.***


Laporan KUNNI MASROHANTI, Siak









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook