ESAI SASTRA

Szomorú vasárnap dan Moderato Cantabile di Kedai Kopi Bandar Serai

Seni Budaya | Minggu, 06 Maret 2016 - 00:21 WIB

Lain Moderato Cantabile yang merupakan judul novel Marguerite atau juga suatu movement atau bagian dari tema musikal musik klasik atau juga merupakan suatu tempo dan suasana dinamika dari satu bagian (theme) lagu; lain pula satu kisah sebuah lagu  berbahasa Hongaria dengan judul aslinya ‘’Szomorú vasárnap’’ yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menurut Hasan Junus dapat menjadi entah ‘’Hari Minggu Kelabu’’ atau ‘’Hari Minggu yang Sendu’’, agak serupa dengan lagu Koes Plus, "Kisah Sedih di Hari Minggu", ya? Pencipta lagu (menurut Hasan Junus “lagu puaka”) ini adalah Rezsö Seress. Lagu ini konon membuat virus bunuh diri (une vague de suicide) mula-mula di Hongaria, ke Inggeris, lalu ke serata Eropa dan dunia.

Khusus mengenai lagu ini, suatu hari, seorang mahasiswa menanyakan kepada saya di sebuah kedai kopi di Bandar Serai, ketika ia memberikan perta nyaan tentang lagu gubahan Rezsö Seress ini yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris berjudul Gloomy Sunday.

Baca Juga :Zuarman:  Seniman Sangat Perlu Perhatian Pemerintah

“Bapak, tahu tentang kisah sebuah lagu kalau tak salah lagu Hongaria yang menyebabkan orang bunuh diri, judulnya Gloomy Sunday?”

Saya balik bertanya, “Dari mana kau dapatkan be rita tentang lagu itu?”

Mahasiswa itu menjawab bahwa ia dapat dari berita tulisan internet dari penulis yang katanya dari Surabaya, Jakarta atau Jawa, begitu katanya yang ia pun tak ingat lagi. Saya katakan, “Setahu saya, Hasan Junus pernah menulis tentang lagu yang mengakibatkan wabah bunuh diri itu”. Ia seakan-akan tidak percaya, saya katakan lagi, “Judul asli dari lagu tersebut adalah Szomorú vasárnap, memang dari Hongaria,” kata saya.

Ia pun termangu. Kisahnya adalah, ketika “Rezsö Seress sedang berkunjung ke Paris pada bulan Desember 1932 berada dalam suasana hati teramat sendu karena baru putus hubungan hati dengan kekasihnya. Lirik lagu itu dipercayakan  kepada seorang yang bernama Lázló Jávor. Tapi kata orang lain, lain lagi, yaitu lagu Szomorú vasárnap diciptakan dalam restoran ‘’Kispipa’’ di Budapest pada tahun 1933.”

Mahasiswa di kedai kopi di Bandar Serai itu meneruskan pertanyaannya yang seperti air bah. “Kenapa lagu Szomorú vasárnap @ Gloomy Sunday @ Hari Minggu (Ahad) Kelabu @ Hari Minggu yang Sendu ini dapat mengakibatkan virus bunuh diri? Entah berapa SKS agaknya saya menjelaskannya. Kita harus membuat penelitian tentang hal seperti ini. Sebuah lagu (musik) yang memakai lirik (sastra) tidak dapat “dituduh” mana yang lebih “kuat” irama musiknyakah atau liriknyakah atau gabungan dari keduanyakah? Jika dipisahkan liriknya dari irama musiknya, apakah dapat membuat orang bunuh diri kalau membacanya, atau dapatkah membuat orang bunuh diri ketika hanya mendengarkan iramanya saja? Bahwa, banyak orang di luar Islam masuk Islam (menjadi muallaf) ketika mendengarkan suara azan; tetapi orang itu pasti belum mengetahui makna kalimat dalam azan itu ketika dikumandangkan oleh seorang muazin (di kampung saya dinamakan tukang (h)obang). “Dalam hal ini mana yang lebih kuat”, kata saya kepada mahasiswa itu. Banyak anak gadis yang tojun tingkok (terjun tingkap) atau lompat pago (melompat pagar) ketika mendengarkan suara biola wak Fendi, atau permainan seruling lagu "Ungut-ungut Mandahiling" oleh Haposan Nasution ketika budaya markusip masih berlangsung dahulu di ranah Mandahiling.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook