“Kalau sudah mendengar lagu tu, teringat ketike masih remaja, waktu duduk-duduk dekat simpang, sambil memainkan gitar lagu-lagu slowrock inilah,” ujarnya.
Salah seorang warga Selat Panjang lainnya, Rudy yang sengaja ikut menyeberang bersama-sama dalam meramaikan acara Bokor One Night mengatakan sangat rindu dengan lagu-lagu slowrock zaman 80-90an. Baginya, lagu-lagu tersebut secara emosional lebih dekat, baik dari kata-kata, perisitiwa di dalam lagu, pola ucapnya menggingatkan diri bahwa beginilah style budak Melayu.
“Ditambahlak yang tampil malam ni Woy Band, dengan kostum, stylenye. Kite terbawak ke zaman musik slowrock ni jaya dahulu, panggung kecik, macam jadi beso same grup Woy Band ni,” ujarnya.
Turut meramaikan malam itu, seniman dan pelaku seni dari Selat Panjang seperti Presiden Kemas, Berty Asmara, seniman sekaligus Pempred Meranti Ekspress, Atan Lasak, dan puluhan insan pers lainnya. Sementara itu, disebutkan manajer Woy band, Eriyanto Hadi. Bahwa sudah selayaknya lagu yang pernah jaya sekitar 25 tahun yang lalu ini dijadikan momen bernostalgia. Sebab bagaimanapun yang namanya kenangan tidak bisa dipungkiri, suatu saat akan dirindui. Woy Band beserta rombongan datang ke Bokor atas jemputan yang dilayangkan Sopandi dan kawan-kawan. Kedatangan itu pun atas dasar kesamaan semangat untuk sama-sama bernostalgia.
“Tak disangka pula, sambutan masyarakat sangat antusias, bukan hanya warga yang merasakan seolah-olah terbawa ke era 80-90an, kami pun merasakan hal serupa. Dan yang terpenting, kita patut acungkan jempllah kepada anak-anak muda di Kampung Bokor ini yang tiada hentinya untuk berkreativitas dalam membangun kampung mereka,” ujar Eriyanto.(jef/fed)