SABTU (9/1) lalu, sekitar pukul 20:00 WIB, masyarakat Kampung Bokor dan sekitarnya tampak sudah memadati bagian tepi lapangan sepak bola yang ada di desa Bokor. Ratusan pengunjung yang terdiri dari orang tua, anak muda dan anak-anak sudah mengambil tempatnya masing-masing. Duduk dan berdiri mengitari pentas sederhana yang berukuran kira-kira 5 kali 5 meter itu.
Perhelatan yang ditaja satu malam itu diberi tajuk Bokor One Night. Satu dari beberapa perhelatan seni yang menyenangkan. Di balik kesahajaannya ternyata mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Bagaimana tidak, helat itu ditaja untuk mengobati kerinduan masyarakat akan tembang-tembang lawas, slowrock 1980-90an.
Lagu-lagu yang pernah popular 25 tahun lalu sudah selayaknya untuk dijadikan sebuah momen bernostalgia. Terutama lagu-lagu yang berasal dari negeri jiran Malaysia, yang dinyanyikan kelompok-kelompok musik di era tersebut. Sebut saja, misalnya, Wings, XPDC, Iklim, Gamma, Gersang, Bumi Putra Rockers (BPR), Damasutra, Mega, dan lain-lain.
Dijelaskan Sopandi, dalam hal ini, helat yang ditaja tidak berada dalam bingkai politik akan tetapi bicara pada ranah budaya dan sebuah kenyataan bahwa ketika itu (1980-90an, red) masyarakat terutama di bagian pesisir Riau, sangat menggemari lagu-lagu slowrock dari negeri jiran. Di mana-mana terdengar lagu itu disenandungkan, di simpang-simpang, di rumah-rumah, kedai-kedai dan lain-lain. Hampir semua anak muda hafal dengan lagu-lagu itu bahkan lengkap dengan acorrd gitar bagi yang bisa memainkan alat petik itu.
“Itu 25 tahun yang lalu, oleh karenanya kami hanya mengajak untuk bernostalgia, mengobati kerinduan karena sampai hari ini, lagu-lagu itu masih melekat di telinga masyarakat baik dari era yang sama maupun generasi hari ini,” ujarnya menjelaskan.
Tampil malam itu, grup-grup band dari desa Bokor membawakan lagu-lagu yang menjadi tema dalam helat yang ternyata mendapat sambutan hangat dari warga setempat. Menjadi tamu undangan malam itu adalah sebuah grup musik asal Pekanbaru, Woy Band. Grup dadakan yang digawangi para pelaku seni di Pekanbaru, diantaranya Jefri Sagu (vokalis), Pimpinan Blacan Aromatic, Mat Rock (basis), Ieam Sagu (gitaris), Iwan Landel (gitaris), Deni Matan (drummer), Toy Sagu (drummer). Grup dadakan ini diperkuat pula oleh seorang manajer yang juga sangat menggemari lagu slowrock 80-90an, Eriyanto Hadi.
Woy Band, grup yang secara personil bukanlah insan-insan baru di bidnag musik berhasil mengobati kerinduan masyarakat bahkan mengajak untuk seolah-olah kembali di era 80-90an. Tidak hanya disebabkan tembang-tembang yang dibawakan akan tetapi, para personil Woy Band mengenakan kostum dan properti era di zaman itu. Style dan gaya pemanggungan pun tak ubahnya seperti kelompok musik di era 1980-90an.