OLEH BAMBANG KARYAWAN YS

Riwayat Asap: Obat Luka Kepedihan dan Kreativitas Penulis Menabur Benih Sastra Hijau di Riau

Seni Budaya | Minggu, 22 November 2015 - 00:06 WIB

Riau memiliki beragam cara merawat alam, seperti tradisi menumbai sialang, memelihara hutan larangan, dan cara-cara tradisional dalam memelihara keseimbangan alam. Tradisi menjaga alam itu menjadi ide-ide kreatif bagi penulis untuk menuangannya ke dalam media sastra hijau. Sastrawan Riau pun tak kalah kreatifnya secara tidak sadar mengusung karyanya dengan tema besar sastra hijau. Sebut saja Fakhrunnas M.A Jabar dengan kumpulan cerpen “Ongkak”, Musa Ismail dengan novel “Tangisan Batang Pudu”, dan penulis sendiri pernah menulis cerpen berjudul “Malam Kai ...” yang pernah dimuat di harian Riau Pos, Rindu Menggalo dalam kumpulan cerpen Dua Warna FLP Riau dan masih banyak lagi sastrawan-sastrawan Riau yang secara tidak sadar menuangkan karyanya dengan dibalut keprihatinan akan alam Riau.

Bagaimana sastra hijau menyusup ke FLP? Bermula ketika sebuah tema “Sastra, Lingkungan, dan Kearifan Lokal”, diusung pada Silaturrahmi Nasional Forum Lingkar Pena (Silnas FLP), 11-13 Juli 2008 lalu di Aula PPPPTK Bahasa, Jakarta. Sebagai sebuah organisasi kepenulisan besar di Indonesia, FLP terus menitikberatkan pada peningkatan kualitas menulis anggotanya. Maka anggotanya bahkan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini pun dituntut untuk peka terhadap sesuatu yang ada di alam semesta ini. Untuk mengatasi masalah lingkungan di atas, yang diperlukan adalah mencoba bergerak melalui kesadaran transenden yang sama sekali muncul bukan karena sikap sporadis semata. Melainkan benar-benar cerminan dari identitas religius seseorang. Dengan demikian, akan muncul gerakan-gerakan yang kemudian bermuara pada karya-karya yang benar-benar menyuarakan kejernihan dan optimisme dalam menghadapi hidup.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

FLP Riau sebagai salah satu komunitas penulis di bumi Melayu ini, mencoba mengambil peran “kecil” atas berbagai perubahan yang terjadi. Perubahan lingkungan berupa asap yang telah mencapai pada titik bosan untuk disikapi, tetap perlu diperhatikan pada berbagai sisi peran. FLP Riau menggesa kepedulian itu dengan membentuk divisi Sastra Hijau. Momen yang tepat tatkala permasalahan lingkungan dengan adanya asap serta maraknya program pemerintah berupa Adiwiyata di sekolah, Green Campus di Perguruan Tinggi, serta Green City di wilayah perkotaan. Divisi Sastra Hijau dapat berkontribusi lebih dengan menjadi energi perubahan kecil melalui beragam program tersebut.

Dengan semangat kembali menghijaukan bumi, mari bersama berkarya untuk meletakkan marwah bumi pada tempat yang selayaknya. Salam Sastra Hijau!***

Bambang Kariyawan Ys, guru Sosiologi SMA Cendana Pekanbaru. Aktif bergabung di Forum Lingkar Pena Riau. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen “Numbai” dan beberapa buku kumpulan puisi, novel, dan pendidikan. Peserta undangan MMAS (Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra) Kemdiknas, Penerima Anugerah Sagang, dan Peserta Ubud Writers and Readers Festival.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook